MAU SUKSES DAN KAYA KLIK BAWAH INI....

KONSULTASI Email ke : mbahkahono@gmail.com

Menyibak Misteri Gunung Srandil

Srandil asal kata dari Srana lan Adil, mengandung arti bahwa Gunung Srandil merupakan salah satu sarana mencari keadilan hidup, tempat untuk mengasah diri dan mendalami arti hidup.

Banyak orang yang mengenal atau pernah mendengar nama Gunung Srandil, dan tidak sedikit pula yang menghubungkan dengan tempat mencari pesugihan entah dengan cara apapun, ada juga yang mengatakan Gunung Srandil adalah tempat yang di sakralkan yang tidak semua orang diijinkan masuk. Namun, pada kenyataannya tidak demikian, Gunung Srandil merupakan tempat peziarahan yang didalamnya bersemayam para leluhur tanah Jawa. Sehingga banyak orang yang berdatangan dari berbagai daerah untuk berziarah dengan berbagai ritual dan doa yang ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Sang Pencipta Alam Semesta, melalui para leluhur yang bersemayam di Gunung Srandil guna mendapatkan ketenangan hidup dan kebesaran jiwa dalam menyikapi ujian hidup yang dialami setiap Insan.

Gunung Srandil terletak dipesisir Pantai Selatan, tepatnya di Desa Glempang Pasir, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Lokasi Gunung Srandil sebenarnya masih dibawah naungan TNI Angkatan Darat, yang dikelola oleh DENSIBANG (Detasemen Seni dan Bangunan). Untuk pemeliharaanya dilakukan secara pribadi-pribadi oleh masyarakat setempat.

Menurut Sutanto (52), salah seorang juru kunci yang dijumpai PAMOR mengatakan bahwa Gunung Srandil hanyalah tempat untuk bersyariat saja, tidak lebih dan tidak kurang. Disini hanya untuk mencari berkah dari Yang Kuasa untuk mendapatkan solusi apabila kita mendapatkan masalah, dan tanpa resiko apapun. “Jadi apabila ada yang mengatakan tempat ini digunakan untuk mencari pesugihan dengan cara memberikan tumbal itu hanyalah bohong belaka, kalaupun hanya untuk berwisata ketempat ini sah-sah saja dan tidak dilarang”, tutur Sutanto.

Konon Gunung Srandil merupakan titik utama Eyang Semar atau Kaki Tunggul Sabdo Jati Doyo Amung Rogo. Sedikitnya ada tujuh titik pepunden atau leluhur yang bersemayam, ketujuh titik tersebut terbagi dalam dua lokasi, yaitu lokasi dibawah ada lima titik pepunden dan dua titik lainnya ada di puncak Gunung Srandil. Kesemuanya merupakan rangkaian yang berurutan apabila hendak berziarah.

- Dimulai dari Eyang Guru, atau Eyang Sukmo Sejati, atau Eyang Sukmo Sejati Kunci Sari Dana Sari yang menjadi kunci pertama atau kunci pembuka Gunung Srandil. Dilokasi inilah peziarah menyampaikan maksud dan tujuanya serta minta ijin untuk berziarah ketempat berikutnya.

- Kedua adalah Eyang Gusti Agung Sultan Murahidi, ini merupakan titik gaib pertama tertua disini, letaknya disebelah Timur dalam lokasi pagar Gunung Srandil.

- Ketiga adalah Nini Dewi Tunjung Sekar Sari, ini merupakan keramat murni sebagai pendamping atau istri dari Eyang Semar. Terletak dibawah sebelah Selatan dalam lokasi pagar Gunung Srandil.

- Keempat adalah Eyang Semar atau Kaki Tunggul Sabdo Jati Doyo Amung Rogo, tempat ini merupakan titik utama Gunung Srandil. Terletak bersebelahan dengan keramat Nini Dewi Tunjung Sari.

- Berikutnya yang kelima adalah petilasan Eyang Juragan Dampu Awang, atau Sampokong, atau Sunan Kuning. Seorang juragan (saudagar) kaya dari Negeri China beragama Islam, yang dahulunya pernah singgah untuk melakukan semedi ditempat ini. Letaknya disebelah Utara sisi k nam iri dari pintu gerbang masuk Gunung Srandil.

- Yang keenam petilasan Eyang Langlang Buana, merupakan titisan dari Dewa Wisnu yang masih ada kaitannya dengan Kerajaan Pajajaran, di Jawa Barat. Terletak dipuncak Gunung Srandil.

- Titik yang ketujuh adalah Eyang Mayang Koro atau Hanoman, yang menjadi gaib murni sebagai pendamping Eyang Langlang Buana.

Dari ketujuh titik petilasan inilah para peziarah memanjatkan do’a memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa, untuk mengutarakan apa yang menjadi hajat atau cita-citanya agar terkabulkan. “tentunya harus dibarengi dengan keyakinan dan kepercayaan masing-masing”, lanjut Sutanto.



Biasanya peziarah yang datang ketempat ini mengunakan ritual khusus, seperti membawa kembang setaman, minyak wangi, rokok kretek, kemenyan atau dupa. Bahkan kalau yang mampu ada yang selamatan mengunakan ayam atau kambing. Namun, itu semua tergantung kemampuan masing-masing individu dan tidak mengharuskan, yang terpenting adalah niatannya. Sesaji atau atur sesaji hanya syariat saja, istilah kita memberikan rasa terikasih kepada pepunden atau leluhur yang ada di Gunung Srandil agar doanya dapat diangkat dan disampaikan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, jadi kita bukan menyembah kepada mereka, tetapi tetap menyembah dan memohon pertolongan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Demikian menurut Sutanto yang juga diiyakan oleh pengunjung yang lainnya