Tak ada siapa-siapa dalam kamarku. Yang ada hanya seekor babi yang perutnya terburai. Dan, dia adalah ayahku......
Setelah menekuni studi selama enam tahun, hari itu aku pulang ke desa kelahiranku. Sepanjang perjalanan dari Bandung, hatiku dibuai perasaan gembira dan bahagia yang tiada taranya. Betapa tidak, aku kembali dengan mempersembahkan gelar kesarjanaan, jelasnya Insinyur Pertambangan. Alangkah senang dan bahagianya hati ayah, karena segala jerih payahnya tidak sia-sia, begitu benakku. Anak yang dibanggakannya di ka¬langan keluarga dan teman sejawat, telah memperoleh kemenangan .
Namun, alangkah terkejutnya aku, ketika lepas maghrib tiba di rumah. Nampak banyak sosok-sosok tak jelas diantara warga desa yang memegang tombak, parang, arit, dan tali penjerat. Hatiku berdetak tidak karuan. Ada apa sebenarnya? Demikian pikirku. Beberapa belas meter di depan rumah, langkahku terhenti ketika terdengar suara raung¬an nyaring yang menyayat hati. Setelah kudengar dengan seksama, dapat dipastikan bahwa yang menangis itu adalah ibuku sendiri.
Apa yang telah terjadi, pikiranku semakin cemas. Apakah ibu menangis karena kematian ayah? Aku segera menghambur masuk ke dalam rumah. Tapi dipintu, ibuku sudah menyambutku, memelukku erat sekali sambil menangis meraung-raung. Kubiarkan dulu ibu me¬nangis, agar beban yang menghimpit dadanya bisa sedikit berkurang.
“Mana ayah, bu?” Tanyaku kemudian setelah ibu menghapus air matanya.
“Karena ayahmulah, makanya ibu menangis tadi, An,” sahut ibu.
“Lantas, sebenarnya apa yang terjadi atas diri ayah, Bu?” Desakku semakin penasaran.
Tapi ibu terdiam, kemudian menundukkan kepala. Beberapa sesepuh desa yang kukenal, seperti Mbah Kardi, Mbah Sudirun, Mbah Karta dan lain-lain, termasuk Kepala Desa pak Soleh, juga terdiam diri dan hanya memandangiku. Kelihatannya mereka se¬perti bingung, tidak tahu apa yang harus diperbuat.
Ketika kutanyakan lagi di mana ayah, ibuku berpaling ke arah kamar. Kamar dalam rumah kami, hanya ada dua. Yang dekat dapur, itu adalah kamar ayah dan ibu. Sementara kamar yang satu lagi, dulu adalah kamarku.
Aku segera berlari menuju ke kamar ayah. Tapi ternyata kosong. Lalu aku keluar dan masuk ke kamar sebelahnya, bekas kamarku. Dalam kamar itu sudah tidak ada lagi ranjangku dan lemari pakaian. Dan di sudut kamar yang sudah kosong itu, kulihat seekor babi agak menyandar ke dinding. Perutnya luka, dan darah masih terus menetes. Yang mengherankan, pada sudut matanya tampak ada butiran-butiran air yang jernih.
Aku terbodoh-bodoh menyaksikan binatang tersebut. Kemudian aku membalikkan tubuh, berjalan dengan tergesa untuk menemui para sesepuh desa yang duduk diatas tikar seperti laiknya orang yang akan kenduri.
“Mana ayahku?” Tanyaku setiba di hadapan mereka.
“Apakah tak kau temukan di dalam kamar tadi?” Ujar pak Soleh.
Aku menatap kepala desa dengan perasaan diliputi keheranan.
“Tak ada siapa-siapa di dalam kamar,” kataku memastikan. ”Yang ada hanya seekor babi.”
“Dialah ayahmu, Andi,” ujar Mbah Kardi.
Mendengar keterangan itu kontan aku melongo, dan mata terbeliak. “Apa? Ayahku babi?” Tanyaku perlahan.
“Begitulah kenyataannya, An,” ujar kepala desa. “Kebetulan sekali malam ini kau pulang. Bertepatan dengan kejadian yang telah menggegerkan desa kita.”
“Jadi, ayahku babi?” Ulangku bagaikan tak yakin.
“Ya, ayahmu ternyata siluman babi, dan dia tidak berdaya sekarang. Dia terluka.”
“Ditombok?” Tanyaku.
“Kami tidak menyangka, bahwa babi yang menyusup ke desa kita adalah babi siluman, An. Kami memburunya, mengepung untuk mengusirnya. Tapi binatang itu melawan. Karena itu tidak ada pilihan lain, kecuali menombaknya. Dan kami terkejut sekali setika menyaksikan babi itu tidak lari kemana-mana, melainkan ke dalam rumah kalian. Aneh, bukan? Nah, dari keterangan Mbah Kardi, barulah kami tahu bahwa babi itu adalah ayahmu.”
Aku masih penasaran, namun kenyataan itu tidak dapat dibantah lagi.
“Kami sekarang sedang menunggu pemulihan jasad ayahmu, Andi,” imbuh kepala desa. “Kalau memang benar ayahmu siluman babi atau pemilik ilmu pesugihan babi ngepet, tentu dia akan berubah ujud kembali sebagai manusia menjelang kematiannya.”
Tiba-tiba terdengar lagi pekik ibuku, memanggil-manggil nama suaminya atau ayahku, dari dalam kamar. Bersamaan dengan itu kami menyerbu ke dalam kamar. Kemudian kami semua terdiam diri, memperhatikan dengan seksama apa yang bakal terjadi. Sementara itu ayahku, Subadi, tetap tak beranjak dari posisinya semula, seperti saat pertama kulihat tadi.
Keadaan terasa semakin mencekam ketika Mbah Kardi keluar dan masuk lagi sambil membawa pedupaan yang baranya dari tempurung kelapa. Dupa itu diletakkannya tepat di tengah-tengah pintu kamar. Kami segera menyingkir agak ke tepi, merapat ke dinding kamar.
Ketika kemenyan terbakar dan asapnya menyeruak memenuhi kamar, kami men¬dengar suara tangisan ayahku yang sangat menyayat hati. Mbah Kardi lalu meminta segelas air putih yang ke dalamnya sudah dimasukkan daun waru dan reramuan lainnya. Ibuku segera membawakannya, kemudian diletakkan di depan pedupaan. Sementara Mbah Kardi masih terus ber¬komat-kamit sambil memejamkan mata.
“Nasibmu telah ditentukan, Badi. Nasib yang kau pilih sendiri,” ujar Mbah Kardi kemudian seperti berkata pada diri sendiri. Tak lama, kelihatanlah perubahan sosok tubuh babi itu menjadi Subadi, ayahku. Namun luka di perutnya tidak hilang. Luka itu sangat parah, telah merobek perut dan memutuskan usus.
“Apa tak bisa lukanya disembuhkan, Mbah?” Tanya ibu.
Mbah Kardi menggeleng. “Suamimu malah sudah tidak bisa bicara lagi, Inah,” katanya kemudian.
“Kini apa yang harus kita lakukan?” Tanya ibu lagi.
Mbah Kardi mengangkat pundak. Lalu katanya, “tidak ada yang dapat kita lakukan lagi untuknya.”
Mendengar itu ibuku menangis lagi meraung-raung. “Mas Badi, lihatlah anakmu Andi sudah pulang,” teriaknya.
Ayah menatapku dengan pandangan sayu sekali. Bibirnya bergerak-gerak seperti mengatakan sesuatu. Tapi suaranya tidak pernah kedengaran lagi.
“Aku Andi, ayah,” kataku mempertontonkan diri.
“Aku telah lulus, Ayah. Aku telah jadi sarjana, seperti yang Ayah inginkan.”
Aku ingin ayahku gembira menyambut keberhasilanku. Tapi ia tak dapat mengatakan apapun lagi, selain mengangguk-angguk dengan mulut terkatup rapat.
Tak lama setelah ibu menjerit, ayah menutup mata untuk selama-lamanya. Perasaan malu bahwa ayahku babi siluman, kubuang jauh-jauh ketika aku ingin menyempurnakan penguburannya. Kebetulan, tak ada pula orang-orang desa kami, para sahabat dan handai tolan yang menyindirku. Mereka semuanya menyatakan ikut berduka cita dengan kematian ayah, biarpun ayahku ternyata babi ngepet.
Sesudah selamatan hari ke tujuh, aku mendatangi Mbah Kardi dan kepala desa. Aku meminta maaf atas kejadian yang telah menimpa ayahku. Selain itu, kepada mereka aku mohon doa restu, karena beberapa hari lagi akan pergi untuk memenuhi panggilan tugas di luar Jawa.
(Kisah mistis ini seperti yang dituturkan Andi, nama samaran)
MAU SUKSES DAN KAYA KLIK BAWAH INI....
Kesaksian Seorang Anak Pelaku Pesugihan
Tak ada siapa-siapa dalam kamarku. Yang ada hanya seekor babi yang perutnya terburai. Dan, dia adalah ayahku......
Setelah menekuni studi selama enam tahun, hari itu aku pulang ke desa kelahiranku. Sepanjang perjalanan dari Bandung, hatiku dibuai perasaan gembira dan bahagia yang tiada taranya. Betapa tidak, aku kembali dengan mempersembahkan gelar kesarjanaan, jelasnya Insinyur Pertambangan. Alangkah senang dan bahagianya hati ayah, karena segala jerih payahnya tidak sia-sia, begitu benakku. Anak yang dibanggakannya di ka¬langan keluarga dan teman sejawat, telah memperoleh kemenangan .
Namun, alangkah terkejutnya aku, ketika lepas maghrib tiba di rumah. Nampak banyak sosok-sosok tak jelas diantara warga desa yang memegang tombak, parang, arit, dan tali penjerat. Hatiku berdetak tidak karuan. Ada apa sebenarnya? Demikian pikirku. Beberapa belas meter di depan rumah, langkahku terhenti ketika terdengar suara raung¬an nyaring yang menyayat hati. Setelah kudengar dengan seksama, dapat dipastikan bahwa yang menangis itu adalah ibuku sendiri.
Apa yang telah terjadi, pikiranku semakin cemas. Apakah ibu menangis karena kematian ayah? Aku segera menghambur masuk ke dalam rumah. Tapi dipintu, ibuku sudah menyambutku, memelukku erat sekali sambil menangis meraung-raung. Kubiarkan dulu ibu me¬nangis, agar beban yang menghimpit dadanya bisa sedikit berkurang.
“Mana ayah, bu?” Tanyaku kemudian setelah ibu menghapus air matanya.
“Karena ayahmulah, makanya ibu menangis tadi, An,” sahut ibu.
“Lantas, sebenarnya apa yang terjadi atas diri ayah, Bu?” Desakku semakin penasaran.
Tapi ibu terdiam, kemudian menundukkan kepala. Beberapa sesepuh desa yang kukenal, seperti Mbah Kardi, Mbah Sudirun, Mbah Karta dan lain-lain, termasuk Kepala Desa pak Soleh, juga terdiam diri dan hanya memandangiku. Kelihatannya mereka se¬perti bingung, tidak tahu apa yang harus diperbuat.
Ketika kutanyakan lagi di mana ayah, ibuku berpaling ke arah kamar. Kamar dalam rumah kami, hanya ada dua. Yang dekat dapur, itu adalah kamar ayah dan ibu. Sementara kamar yang satu lagi, dulu adalah kamarku.
Aku segera berlari menuju ke kamar ayah. Tapi ternyata kosong. Lalu aku keluar dan masuk ke kamar sebelahnya, bekas kamarku. Dalam kamar itu sudah tidak ada lagi ranjangku dan lemari pakaian. Dan di sudut kamar yang sudah kosong itu, kulihat seekor babi agak menyandar ke dinding. Perutnya luka, dan darah masih terus menetes. Yang mengherankan, pada sudut matanya tampak ada butiran-butiran air yang jernih.
Aku terbodoh-bodoh menyaksikan binatang tersebut. Kemudian aku membalikkan tubuh, berjalan dengan tergesa untuk menemui para sesepuh desa yang duduk diatas tikar seperti laiknya orang yang akan kenduri.
“Mana ayahku?” Tanyaku setiba di hadapan mereka.
“Apakah tak kau temukan di dalam kamar tadi?” Ujar pak Soleh.
Aku menatap kepala desa dengan perasaan diliputi keheranan.
“Tak ada siapa-siapa di dalam kamar,” kataku memastikan. ”Yang ada hanya seekor babi.”
“Dialah ayahmu, Andi,” ujar Mbah Kardi.
Mendengar keterangan itu kontan aku melongo, dan mata terbeliak. “Apa? Ayahku babi?” Tanyaku perlahan.
“Begitulah kenyataannya, An,” ujar kepala desa. “Kebetulan sekali malam ini kau pulang. Bertepatan dengan kejadian yang telah menggegerkan desa kita.”
“Jadi, ayahku babi?” Ulangku bagaikan tak yakin.
“Ya, ayahmu ternyata siluman babi, dan dia tidak berdaya sekarang. Dia terluka.”
“Ditombok?” Tanyaku.
“Kami tidak menyangka, bahwa babi yang menyusup ke desa kita adalah babi siluman, An. Kami memburunya, mengepung untuk mengusirnya. Tapi binatang itu melawan. Karena itu tidak ada pilihan lain, kecuali menombaknya. Dan kami terkejut sekali setika menyaksikan babi itu tidak lari kemana-mana, melainkan ke dalam rumah kalian. Aneh, bukan? Nah, dari keterangan Mbah Kardi, barulah kami tahu bahwa babi itu adalah ayahmu.”
Aku masih penasaran, namun kenyataan itu tidak dapat dibantah lagi.
“Kami sekarang sedang menunggu pemulihan jasad ayahmu, Andi,” imbuh kepala desa. “Kalau memang benar ayahmu siluman babi atau pemilik ilmu pesugihan babi ngepet, tentu dia akan berubah ujud kembali sebagai manusia menjelang kematiannya.”
Tiba-tiba terdengar lagi pekik ibuku, memanggil-manggil nama suaminya atau ayahku, dari dalam kamar. Bersamaan dengan itu kami menyerbu ke dalam kamar. Kemudian kami semua terdiam diri, memperhatikan dengan seksama apa yang bakal terjadi. Sementara itu ayahku, Subadi, tetap tak beranjak dari posisinya semula, seperti saat pertama kulihat tadi.
Keadaan terasa semakin mencekam ketika Mbah Kardi keluar dan masuk lagi sambil membawa pedupaan yang baranya dari tempurung kelapa. Dupa itu diletakkannya tepat di tengah-tengah pintu kamar. Kami segera menyingkir agak ke tepi, merapat ke dinding kamar.
Ketika kemenyan terbakar dan asapnya menyeruak memenuhi kamar, kami men¬dengar suara tangisan ayahku yang sangat menyayat hati. Mbah Kardi lalu meminta segelas air putih yang ke dalamnya sudah dimasukkan daun waru dan reramuan lainnya. Ibuku segera membawakannya, kemudian diletakkan di depan pedupaan. Sementara Mbah Kardi masih terus ber¬komat-kamit sambil memejamkan mata.
“Nasibmu telah ditentukan, Badi. Nasib yang kau pilih sendiri,” ujar Mbah Kardi kemudian seperti berkata pada diri sendiri. Tak lama, kelihatanlah perubahan sosok tubuh babi itu menjadi Subadi, ayahku. Namun luka di perutnya tidak hilang. Luka itu sangat parah, telah merobek perut dan memutuskan usus.
“Apa tak bisa lukanya disembuhkan, Mbah?” Tanya ibu.
Mbah Kardi menggeleng. “Suamimu malah sudah tidak bisa bicara lagi, Inah,” katanya kemudian.
“Kini apa yang harus kita lakukan?” Tanya ibu lagi.
Mbah Kardi mengangkat pundak. Lalu katanya, “tidak ada yang dapat kita lakukan lagi untuknya.”
Mendengar itu ibuku menangis lagi meraung-raung. “Mas Badi, lihatlah anakmu Andi sudah pulang,” teriaknya.
Ayah menatapku dengan pandangan sayu sekali. Bibirnya bergerak-gerak seperti mengatakan sesuatu. Tapi suaranya tidak pernah kedengaran lagi.
“Aku Andi, ayah,” kataku mempertontonkan diri.
“Aku telah lulus, Ayah. Aku telah jadi sarjana, seperti yang Ayah inginkan.”
Aku ingin ayahku gembira menyambut keberhasilanku. Tapi ia tak dapat mengatakan apapun lagi, selain mengangguk-angguk dengan mulut terkatup rapat.
Tak lama setelah ibu menjerit, ayah menutup mata untuk selama-lamanya. Perasaan malu bahwa ayahku babi siluman, kubuang jauh-jauh ketika aku ingin menyempurnakan penguburannya. Kebetulan, tak ada pula orang-orang desa kami, para sahabat dan handai tolan yang menyindirku. Mereka semuanya menyatakan ikut berduka cita dengan kematian ayah, biarpun ayahku ternyata babi ngepet.
Sesudah selamatan hari ke tujuh, aku mendatangi Mbah Kardi dan kepala desa. Aku meminta maaf atas kejadian yang telah menimpa ayahku. Selain itu, kepada mereka aku mohon doa restu, karena beberapa hari lagi akan pergi untuk memenuhi panggilan tugas di luar Jawa.
(Kisah mistis ini seperti yang dituturkan Andi, nama samaran)
Setelah menekuni studi selama enam tahun, hari itu aku pulang ke desa kelahiranku. Sepanjang perjalanan dari Bandung, hatiku dibuai perasaan gembira dan bahagia yang tiada taranya. Betapa tidak, aku kembali dengan mempersembahkan gelar kesarjanaan, jelasnya Insinyur Pertambangan. Alangkah senang dan bahagianya hati ayah, karena segala jerih payahnya tidak sia-sia, begitu benakku. Anak yang dibanggakannya di ka¬langan keluarga dan teman sejawat, telah memperoleh kemenangan .
Namun, alangkah terkejutnya aku, ketika lepas maghrib tiba di rumah. Nampak banyak sosok-sosok tak jelas diantara warga desa yang memegang tombak, parang, arit, dan tali penjerat. Hatiku berdetak tidak karuan. Ada apa sebenarnya? Demikian pikirku. Beberapa belas meter di depan rumah, langkahku terhenti ketika terdengar suara raung¬an nyaring yang menyayat hati. Setelah kudengar dengan seksama, dapat dipastikan bahwa yang menangis itu adalah ibuku sendiri.
Apa yang telah terjadi, pikiranku semakin cemas. Apakah ibu menangis karena kematian ayah? Aku segera menghambur masuk ke dalam rumah. Tapi dipintu, ibuku sudah menyambutku, memelukku erat sekali sambil menangis meraung-raung. Kubiarkan dulu ibu me¬nangis, agar beban yang menghimpit dadanya bisa sedikit berkurang.
“Mana ayah, bu?” Tanyaku kemudian setelah ibu menghapus air matanya.
“Karena ayahmulah, makanya ibu menangis tadi, An,” sahut ibu.
“Lantas, sebenarnya apa yang terjadi atas diri ayah, Bu?” Desakku semakin penasaran.
Tapi ibu terdiam, kemudian menundukkan kepala. Beberapa sesepuh desa yang kukenal, seperti Mbah Kardi, Mbah Sudirun, Mbah Karta dan lain-lain, termasuk Kepala Desa pak Soleh, juga terdiam diri dan hanya memandangiku. Kelihatannya mereka se¬perti bingung, tidak tahu apa yang harus diperbuat.
Ketika kutanyakan lagi di mana ayah, ibuku berpaling ke arah kamar. Kamar dalam rumah kami, hanya ada dua. Yang dekat dapur, itu adalah kamar ayah dan ibu. Sementara kamar yang satu lagi, dulu adalah kamarku.
Aku segera berlari menuju ke kamar ayah. Tapi ternyata kosong. Lalu aku keluar dan masuk ke kamar sebelahnya, bekas kamarku. Dalam kamar itu sudah tidak ada lagi ranjangku dan lemari pakaian. Dan di sudut kamar yang sudah kosong itu, kulihat seekor babi agak menyandar ke dinding. Perutnya luka, dan darah masih terus menetes. Yang mengherankan, pada sudut matanya tampak ada butiran-butiran air yang jernih.
Aku terbodoh-bodoh menyaksikan binatang tersebut. Kemudian aku membalikkan tubuh, berjalan dengan tergesa untuk menemui para sesepuh desa yang duduk diatas tikar seperti laiknya orang yang akan kenduri.
“Mana ayahku?” Tanyaku setiba di hadapan mereka.
“Apakah tak kau temukan di dalam kamar tadi?” Ujar pak Soleh.
Aku menatap kepala desa dengan perasaan diliputi keheranan.
“Tak ada siapa-siapa di dalam kamar,” kataku memastikan. ”Yang ada hanya seekor babi.”
“Dialah ayahmu, Andi,” ujar Mbah Kardi.
Mendengar keterangan itu kontan aku melongo, dan mata terbeliak. “Apa? Ayahku babi?” Tanyaku perlahan.
“Begitulah kenyataannya, An,” ujar kepala desa. “Kebetulan sekali malam ini kau pulang. Bertepatan dengan kejadian yang telah menggegerkan desa kita.”
“Jadi, ayahku babi?” Ulangku bagaikan tak yakin.
“Ya, ayahmu ternyata siluman babi, dan dia tidak berdaya sekarang. Dia terluka.”
“Ditombok?” Tanyaku.
“Kami tidak menyangka, bahwa babi yang menyusup ke desa kita adalah babi siluman, An. Kami memburunya, mengepung untuk mengusirnya. Tapi binatang itu melawan. Karena itu tidak ada pilihan lain, kecuali menombaknya. Dan kami terkejut sekali setika menyaksikan babi itu tidak lari kemana-mana, melainkan ke dalam rumah kalian. Aneh, bukan? Nah, dari keterangan Mbah Kardi, barulah kami tahu bahwa babi itu adalah ayahmu.”
Aku masih penasaran, namun kenyataan itu tidak dapat dibantah lagi.
“Kami sekarang sedang menunggu pemulihan jasad ayahmu, Andi,” imbuh kepala desa. “Kalau memang benar ayahmu siluman babi atau pemilik ilmu pesugihan babi ngepet, tentu dia akan berubah ujud kembali sebagai manusia menjelang kematiannya.”
Tiba-tiba terdengar lagi pekik ibuku, memanggil-manggil nama suaminya atau ayahku, dari dalam kamar. Bersamaan dengan itu kami menyerbu ke dalam kamar. Kemudian kami semua terdiam diri, memperhatikan dengan seksama apa yang bakal terjadi. Sementara itu ayahku, Subadi, tetap tak beranjak dari posisinya semula, seperti saat pertama kulihat tadi.
Keadaan terasa semakin mencekam ketika Mbah Kardi keluar dan masuk lagi sambil membawa pedupaan yang baranya dari tempurung kelapa. Dupa itu diletakkannya tepat di tengah-tengah pintu kamar. Kami segera menyingkir agak ke tepi, merapat ke dinding kamar.
Ketika kemenyan terbakar dan asapnya menyeruak memenuhi kamar, kami men¬dengar suara tangisan ayahku yang sangat menyayat hati. Mbah Kardi lalu meminta segelas air putih yang ke dalamnya sudah dimasukkan daun waru dan reramuan lainnya. Ibuku segera membawakannya, kemudian diletakkan di depan pedupaan. Sementara Mbah Kardi masih terus ber¬komat-kamit sambil memejamkan mata.
“Nasibmu telah ditentukan, Badi. Nasib yang kau pilih sendiri,” ujar Mbah Kardi kemudian seperti berkata pada diri sendiri. Tak lama, kelihatanlah perubahan sosok tubuh babi itu menjadi Subadi, ayahku. Namun luka di perutnya tidak hilang. Luka itu sangat parah, telah merobek perut dan memutuskan usus.
“Apa tak bisa lukanya disembuhkan, Mbah?” Tanya ibu.
Mbah Kardi menggeleng. “Suamimu malah sudah tidak bisa bicara lagi, Inah,” katanya kemudian.
“Kini apa yang harus kita lakukan?” Tanya ibu lagi.
Mbah Kardi mengangkat pundak. Lalu katanya, “tidak ada yang dapat kita lakukan lagi untuknya.”
Mendengar itu ibuku menangis lagi meraung-raung. “Mas Badi, lihatlah anakmu Andi sudah pulang,” teriaknya.
Ayah menatapku dengan pandangan sayu sekali. Bibirnya bergerak-gerak seperti mengatakan sesuatu. Tapi suaranya tidak pernah kedengaran lagi.
“Aku Andi, ayah,” kataku mempertontonkan diri.
“Aku telah lulus, Ayah. Aku telah jadi sarjana, seperti yang Ayah inginkan.”
Aku ingin ayahku gembira menyambut keberhasilanku. Tapi ia tak dapat mengatakan apapun lagi, selain mengangguk-angguk dengan mulut terkatup rapat.
Tak lama setelah ibu menjerit, ayah menutup mata untuk selama-lamanya. Perasaan malu bahwa ayahku babi siluman, kubuang jauh-jauh ketika aku ingin menyempurnakan penguburannya. Kebetulan, tak ada pula orang-orang desa kami, para sahabat dan handai tolan yang menyindirku. Mereka semuanya menyatakan ikut berduka cita dengan kematian ayah, biarpun ayahku ternyata babi ngepet.
Sesudah selamatan hari ke tujuh, aku mendatangi Mbah Kardi dan kepala desa. Aku meminta maaf atas kejadian yang telah menimpa ayahku. Selain itu, kepada mereka aku mohon doa restu, karena beberapa hari lagi akan pergi untuk memenuhi panggilan tugas di luar Jawa.
(Kisah mistis ini seperti yang dituturkan Andi, nama samaran)
Daftar Nama Orang Pengabdi setan
Ada rumor bahwa seseorang telah menjual jiwa mereka kepada setan. Musisi, penulis, pengusaha, sering kali dituduh membuat perjanjian dengan setan agar menjadi sukses. Ada beberapa contoh terkenal di luar sana yang menunjukkan bahwa seseorang telah dituduh membuat perjanjian dengan setan.
1. Niccolo Paganini
Niccolo Paganini adalah seorang musisi di akhir 1700-an. Dia mulai menggunakan mandolin pada usia dini dan pada usia tujuh tahun, ia belajar biola. Pada usia sebelas tahun, ia melakukan solo dan pada usia tiga belas tahun, ia dikenal sebagai virtuoso biola. Pada usia sembilan belas, ia mulai menulis musik sendiri dan belajar cara bermain gitar.
Pada usia 23, dan pada usia 27 tahun ia sudah menjadi seorang komposer, suatu waktu ketika ia sedang konser dalam sebuah tournya, penonton dikagetkan dengan caranya berpakaian, Dia telah kehilangan gigi bawah, tampak pucat dan mulai berpakaian hitam. Itu desas-desus bahwa ia telah menjual jiwanya kepada setan. Meskipun ia tidak memulai gosip tersebut, namun ia tidak melakukan apa pun untuk mencegah desas-desus itu dan bahkan mendorong orang untuk percaya. Ketika ia ditanya tentang hal itu, ia berkata ” how else would it be possible for him to play the way he does?”
27 Mei 1840, Paganini meninggal akibat pendarahan internal, sebelum seorang pendeta dipanggil.karena alasan telah melakukan perjanjian dengan setan, jenazahnya ditolak dipemakaman Katolik di Genoa. Butuh waktu empat tahun, sebelum tubuh itu boleh diangkut ke Genoa, tetapi tidak terkubur. Jenazahnya akhirnya dimasukkan untuk beristirahat di tahun 1876, di sebuah pemakaman di Parma. Pada tahun 1893, pemain biola Ceko, Franz Ondricek, membujuk cucu Paganini, Attila, agar tubuh Paganini digali sekali lagi, untuk dimakam kan di pemakaman baru di Parma, pada tahun 1896.
2. Robert Johnson
Robert Johnson adalah musisi blues yang telah menjalani hidupnya dengan singkat. Dia meninggal di usia 27 dan tidak banyak yang diketahui tentang hidupnya. Musiknya dipengaruhi beberapa musisi dari tahun 50 dan 60 – an. Dia adalah salah satu musisi yang pertama yang masuk dalam Rock-N-Roll Hall of Fame.
Dia tinggal di perkebunan ketika keinginannya untuk menjadi musisi blues besar. Seseorang mengatakan kepadanya untuk membawa gitar ke Crossroads pada tengah malam di dekat Perkebunan Dockery . Ketika ia tiba, setan menunggu dan mengambil gitarnya. Setan mengkonfigurasi gitar dan memainkan beberapa lagu di atasnya. Sekali ia menyerahkannya kembali kepada Robert, perjanjian itu dibuat dan ia mampu bernyanyi, bermain dan menciptakan blues.
Johnson meninggal pada 16 Agustus 1938, pada usia 27, dekat Greenwood, Mississipi, ada rumor yang mengatakan bahwa ia tewas diracun istrinya sendiri.
3. Johann Georg Faust
Johann Georg Faust adalah seorang ahli kimia Jerman. Pada 1507, ia mengatakan bahwa ia adalah seorang penipu dan seorang gelandangan. Dia dikatakan telah dianiaya oleh beberapa anak laki-laki di Kreuznach. Tahun 1509, ia kemudian memperoleh gelar Di Universitas Krakow, ia belajar sulap dan berteman dengan Martin Luther dan Philip Melachton. Kedua orang itu mengatakan telah menyaksikan Johan sedang membuat perjanjian dengan setan.
Dia bekerja di Universitas Ehrfut, dimana dikatakan bahwa ia berceramah tentang Homer dan mengangkat seorang penyihir sebagai pahlawan bagi para siswanya. Dia kemudian diminta untuk mengundurkan diri dan menawarkan pertobatan. Saat itulah ia mengaku memiliki perjanjian dengan setan. Dia mengatakannya kepada Dr Klinge, seorang biarawan Fransiskan, bahwa ia lebih percaya setan daripada Tuhannya.
4. Urbain Grandier
Urbain Grandier adalah seorang pastor Katolik Perancis. Dia dibakar di tiang pancang karena melakukan kejahatan sihir. Dia dikenal karena melanggar sumpah selibat dan menjadi hidung belang. Pada 1603, beberapa biarawati menuduhnya menyihir mereka dan mengirimkan setan untuk melakukan tindakan tak senonoh dengan mereka.
Menurut legenda, ia melakukan perjanjian dengan menyatakan kesetiaannya kepada setan dan penolakan terhadap iman Kristen. Pada gilirannya, hal itu janji untuk Grandier bahwa ia akan memiliki kasih wanita, kekayaan, dan kehormatan duniawi. Perjanjian ini ditulis mundur dalam bahasa Latin dan masih tersimpan untuk dilihat di Bibliotheque Nationale di Perancis.
Berikut gambar asli teks perjanjian dengan setan.
5. David Copperfield
5. David Copperfield
Copperfield mulai bermain sulap sejak berusia 12 tahun, dan menjadi pesulap termuda yang diterima sebagai anggota Society of American Magicians Sewaktu berusia 16, Universitas New York sudah mengundangnya untuk mengajar kursus sulap. Nama “David Copperfield” diambilnya dari tokoh fiksi bernama David Copperfield yang muncul dalam novel berjudul sama, David Copperfield karya Charles Dickens. Pada usia 19 tahun, Copperfield sudah mengadakan pertunjukan besar di Hotel Pagoda, Honolulu, Hawaii.
Sebagian besar penampilan Copperfield berupa acara spesial televisi dan sebagai bintang tamu dalam acara televisi. Di layar lebar, Copperfield pernah bermain sebagai Ken si pesulap dalam film horor Terror Train produksi tahun 1980. Selain itu, Copperfield pernah tampil sebagai figuran dalam film Prêt-à-Porter (1984), namun namanya tidak dicantumkan dalam daftar pemain. iya lebih percaya kepada magic, karena magic adalah hidup David copperfield, sebagian dari aksi sulap(magic) di bantu oleh setan atau makhluk gaib.
Daftar Nama Orang Pengabdi setan
Ada rumor bahwa seseorang telah menjual jiwa mereka kepada setan. Musisi, penulis, pengusaha, sering kali dituduh membuat perjanjian dengan setan agar menjadi sukses. Ada beberapa contoh terkenal di luar sana yang menunjukkan bahwa seseorang telah dituduh membuat perjanjian dengan setan.
1. Niccolo Paganini
Niccolo Paganini adalah seorang musisi di akhir 1700-an. Dia mulai menggunakan mandolin pada usia dini dan pada usia tujuh tahun, ia belajar biola. Pada usia sebelas tahun, ia melakukan solo dan pada usia tiga belas tahun, ia dikenal sebagai virtuoso biola. Pada usia sembilan belas, ia mulai menulis musik sendiri dan belajar cara bermain gitar.
Pada usia 23, dan pada usia 27 tahun ia sudah menjadi seorang komposer, suatu waktu ketika ia sedang konser dalam sebuah tournya, penonton dikagetkan dengan caranya berpakaian, Dia telah kehilangan gigi bawah, tampak pucat dan mulai berpakaian hitam. Itu desas-desus bahwa ia telah menjual jiwanya kepada setan. Meskipun ia tidak memulai gosip tersebut, namun ia tidak melakukan apa pun untuk mencegah desas-desus itu dan bahkan mendorong orang untuk percaya. Ketika ia ditanya tentang hal itu, ia berkata ” how else would it be possible for him to play the way he does?”
27 Mei 1840, Paganini meninggal akibat pendarahan internal, sebelum seorang pendeta dipanggil.karena alasan telah melakukan perjanjian dengan setan, jenazahnya ditolak dipemakaman Katolik di Genoa. Butuh waktu empat tahun, sebelum tubuh itu boleh diangkut ke Genoa, tetapi tidak terkubur. Jenazahnya akhirnya dimasukkan untuk beristirahat di tahun 1876, di sebuah pemakaman di Parma. Pada tahun 1893, pemain biola Ceko, Franz Ondricek, membujuk cucu Paganini, Attila, agar tubuh Paganini digali sekali lagi, untuk dimakam kan di pemakaman baru di Parma, pada tahun 1896.
2. Robert Johnson
Robert Johnson adalah musisi blues yang telah menjalani hidupnya dengan singkat. Dia meninggal di usia 27 dan tidak banyak yang diketahui tentang hidupnya. Musiknya dipengaruhi beberapa musisi dari tahun 50 dan 60 – an. Dia adalah salah satu musisi yang pertama yang masuk dalam Rock-N-Roll Hall of Fame.
Dia tinggal di perkebunan ketika keinginannya untuk menjadi musisi blues besar. Seseorang mengatakan kepadanya untuk membawa gitar ke Crossroads pada tengah malam di dekat Perkebunan Dockery . Ketika ia tiba, setan menunggu dan mengambil gitarnya. Setan mengkonfigurasi gitar dan memainkan beberapa lagu di atasnya. Sekali ia menyerahkannya kembali kepada Robert, perjanjian itu dibuat dan ia mampu bernyanyi, bermain dan menciptakan blues.
Johnson meninggal pada 16 Agustus 1938, pada usia 27, dekat Greenwood, Mississipi, ada rumor yang mengatakan bahwa ia tewas diracun istrinya sendiri.
3. Johann Georg Faust
Johann Georg Faust adalah seorang ahli kimia Jerman. Pada 1507, ia mengatakan bahwa ia adalah seorang penipu dan seorang gelandangan. Dia dikatakan telah dianiaya oleh beberapa anak laki-laki di Kreuznach. Tahun 1509, ia kemudian memperoleh gelar Di Universitas Krakow, ia belajar sulap dan berteman dengan Martin Luther dan Philip Melachton. Kedua orang itu mengatakan telah menyaksikan Johan sedang membuat perjanjian dengan setan.
Dia bekerja di Universitas Ehrfut, dimana dikatakan bahwa ia berceramah tentang Homer dan mengangkat seorang penyihir sebagai pahlawan bagi para siswanya. Dia kemudian diminta untuk mengundurkan diri dan menawarkan pertobatan. Saat itulah ia mengaku memiliki perjanjian dengan setan. Dia mengatakannya kepada Dr Klinge, seorang biarawan Fransiskan, bahwa ia lebih percaya setan daripada Tuhannya.
4. Urbain Grandier
Urbain Grandier adalah seorang pastor Katolik Perancis. Dia dibakar di tiang pancang karena melakukan kejahatan sihir. Dia dikenal karena melanggar sumpah selibat dan menjadi hidung belang. Pada 1603, beberapa biarawati menuduhnya menyihir mereka dan mengirimkan setan untuk melakukan tindakan tak senonoh dengan mereka.
Menurut legenda, ia melakukan perjanjian dengan menyatakan kesetiaannya kepada setan dan penolakan terhadap iman Kristen. Pada gilirannya, hal itu janji untuk Grandier bahwa ia akan memiliki kasih wanita, kekayaan, dan kehormatan duniawi. Perjanjian ini ditulis mundur dalam bahasa Latin dan masih tersimpan untuk dilihat di Bibliotheque Nationale di Perancis.
Berikut gambar asli teks perjanjian dengan setan.
5. David Copperfield
5. David Copperfield
Copperfield mulai bermain sulap sejak berusia 12 tahun, dan menjadi pesulap termuda yang diterima sebagai anggota Society of American Magicians Sewaktu berusia 16, Universitas New York sudah mengundangnya untuk mengajar kursus sulap. Nama “David Copperfield” diambilnya dari tokoh fiksi bernama David Copperfield yang muncul dalam novel berjudul sama, David Copperfield karya Charles Dickens. Pada usia 19 tahun, Copperfield sudah mengadakan pertunjukan besar di Hotel Pagoda, Honolulu, Hawaii.
Sebagian besar penampilan Copperfield berupa acara spesial televisi dan sebagai bintang tamu dalam acara televisi. Di layar lebar, Copperfield pernah bermain sebagai Ken si pesulap dalam film horor Terror Train produksi tahun 1980. Selain itu, Copperfield pernah tampil sebagai figuran dalam film Prêt-à-Porter (1984), namun namanya tidak dicantumkan dalam daftar pemain. iya lebih percaya kepada magic, karena magic adalah hidup David copperfield, sebagian dari aksi sulap(magic) di bantu oleh setan atau makhluk gaib.
Tips dan Trik Mengatasi Hutang
1. Berdoa kepada Tuhan
Modal :
a. Menyerah dan pasrah ketika berdoa.
b. Yakin dikabulkan ketika meminta.
c. Hati yang lapang. (kalo lagi mumet biasanya pikiran dan perasaan gak sinkron)
Resiko :
a. Dapet pahala
b. Waktu dikabulkan abstrak (tidak dapat ditentukan oleh kita).
2. Ketempat Pesugihan
Modal :
a. Berani malu ketika ketemu orang yang kita kenal.
b. Berani dosa (biasanya bagi yang kepepet ini urusan ke 12.653).
c. Yakin dikabulkan (biasanya kita lebih yakin setelah menjalankan suatu ritual yang aneh-aneh dari pada hal-hal yang biasa misalnya berdoa dll).
d. Menjalankan syarat yang ditentukan, bisa berupa tumbal dan lain-lain.(Enakan ke gunung kemukus bisa make bini atau anak orang daripada sodara kita yang jadi tumbal…wekekeke…)
Resiko :
a, Waktu dikabulkan biasanya cepat. (Masa sih…..!)
a. Dosa tiada ampun.
b. Hidup kurang tenang (tergantung orangnya….)
c. Udahannya nyeseeel banget ( tergantung orangnya juga).
d. Mesti ngejalanin syarat.(kabur juga boleh aja….)
3. Ke Dukun
Modal :
a. Uang
b. Malu karena mesti curhat lagi kesulitan uang
Resiko :
a. Sulit menentukan dukun yang valid.
b. Di tipu (Ibarat… habis jatuh ketimpa tangga ketumpahan cat tembok..).
c. Nilai keberhasilan tergantung validitas dari si Dukun dan keberuntungan yang cukup besar).
Terserah pilih yang mana.
Modal :
a. Menyerah dan pasrah ketika berdoa.
b. Yakin dikabulkan ketika meminta.
c. Hati yang lapang. (kalo lagi mumet biasanya pikiran dan perasaan gak sinkron)
Resiko :
a. Dapet pahala
b. Waktu dikabulkan abstrak (tidak dapat ditentukan oleh kita).
2. Ketempat Pesugihan
Modal :
a. Berani malu ketika ketemu orang yang kita kenal.
b. Berani dosa (biasanya bagi yang kepepet ini urusan ke 12.653).
c. Yakin dikabulkan (biasanya kita lebih yakin setelah menjalankan suatu ritual yang aneh-aneh dari pada hal-hal yang biasa misalnya berdoa dll).
d. Menjalankan syarat yang ditentukan, bisa berupa tumbal dan lain-lain.(Enakan ke gunung kemukus bisa make bini atau anak orang daripada sodara kita yang jadi tumbal…wekekeke…)
Resiko :
a, Waktu dikabulkan biasanya cepat. (Masa sih…..!)
a. Dosa tiada ampun.
b. Hidup kurang tenang (tergantung orangnya….)
c. Udahannya nyeseeel banget ( tergantung orangnya juga).
d. Mesti ngejalanin syarat.(kabur juga boleh aja….)
3. Ke Dukun
Modal :
a. Uang
b. Malu karena mesti curhat lagi kesulitan uang
Resiko :
a. Sulit menentukan dukun yang valid.
b. Di tipu (Ibarat… habis jatuh ketimpa tangga ketumpahan cat tembok..).
c. Nilai keberhasilan tergantung validitas dari si Dukun dan keberuntungan yang cukup besar).
Terserah pilih yang mana.
NB : Penulis adalah orang yang bisanya
NGOMONG DOAAANG…! semoga bermanfaat atau cari PESUGIHAN AJA !!!!!!!!!!!!!
Tips dan Trik Mengatasi Hutang
1. Berdoa kepada Tuhan
Modal :
a. Menyerah dan pasrah ketika berdoa.
b. Yakin dikabulkan ketika meminta.
c. Hati yang lapang. (kalo lagi mumet biasanya pikiran dan perasaan gak sinkron)
Resiko :
a. Dapet pahala
b. Waktu dikabulkan abstrak (tidak dapat ditentukan oleh kita).
2. Ketempat Pesugihan
Modal :
a. Berani malu ketika ketemu orang yang kita kenal.
b. Berani dosa (biasanya bagi yang kepepet ini urusan ke 12.653).
c. Yakin dikabulkan (biasanya kita lebih yakin setelah menjalankan suatu ritual yang aneh-aneh dari pada hal-hal yang biasa misalnya berdoa dll).
d. Menjalankan syarat yang ditentukan, bisa berupa tumbal dan lain-lain.(Enakan ke gunung kemukus bisa make bini atau anak orang daripada sodara kita yang jadi tumbal…wekekeke…)
Resiko :
a, Waktu dikabulkan biasanya cepat. (Masa sih…..!)
a. Dosa tiada ampun.
b. Hidup kurang tenang (tergantung orangnya….)
c. Udahannya nyeseeel banget ( tergantung orangnya juga).
d. Mesti ngejalanin syarat.(kabur juga boleh aja….)
3. Ke Dukun
Modal :
a. Uang
b. Malu karena mesti curhat lagi kesulitan uang
Resiko :
a. Sulit menentukan dukun yang valid.
b. Di tipu (Ibarat… habis jatuh ketimpa tangga ketumpahan cat tembok..).
c. Nilai keberhasilan tergantung validitas dari si Dukun dan keberuntungan yang cukup besar).
Terserah pilih yang mana.
Modal :
a. Menyerah dan pasrah ketika berdoa.
b. Yakin dikabulkan ketika meminta.
c. Hati yang lapang. (kalo lagi mumet biasanya pikiran dan perasaan gak sinkron)
Resiko :
a. Dapet pahala
b. Waktu dikabulkan abstrak (tidak dapat ditentukan oleh kita).
2. Ketempat Pesugihan
Modal :
a. Berani malu ketika ketemu orang yang kita kenal.
b. Berani dosa (biasanya bagi yang kepepet ini urusan ke 12.653).
c. Yakin dikabulkan (biasanya kita lebih yakin setelah menjalankan suatu ritual yang aneh-aneh dari pada hal-hal yang biasa misalnya berdoa dll).
d. Menjalankan syarat yang ditentukan, bisa berupa tumbal dan lain-lain.(Enakan ke gunung kemukus bisa make bini atau anak orang daripada sodara kita yang jadi tumbal…wekekeke…)
Resiko :
a, Waktu dikabulkan biasanya cepat. (Masa sih…..!)
a. Dosa tiada ampun.
b. Hidup kurang tenang (tergantung orangnya….)
c. Udahannya nyeseeel banget ( tergantung orangnya juga).
d. Mesti ngejalanin syarat.(kabur juga boleh aja….)
3. Ke Dukun
Modal :
a. Uang
b. Malu karena mesti curhat lagi kesulitan uang
Resiko :
a. Sulit menentukan dukun yang valid.
b. Di tipu (Ibarat… habis jatuh ketimpa tangga ketumpahan cat tembok..).
c. Nilai keberhasilan tergantung validitas dari si Dukun dan keberuntungan yang cukup besar).
Terserah pilih yang mana.
NB : Penulis adalah orang yang bisanya
NGOMONG DOAAANG…! semoga bermanfaat atau cari PESUGIHAN AJA !!!!!!!!!!!!!
Kesaksian Peminjam Bank Gaib.
nih ada kesaksian orang2 yang nabung ke bank gaib hahaha2X ada2 aja nih orang padahal itu kan sirik
Hutang terbayar lunas
Entah sudah berapa banyak uang yang ku habiskan untuk mencari orang pintar/paranormal supaya aku bisa segera terbebas dari semua hutang-hutangku selama ini, tapi aku belum mendapatkan jalan keluar juga rasanya aku sudah hampir putus asa. Tapi suatu hari aku mendapat informasi dari kerabatku yang pernah mengalami nasib yang sama denganku katanya dia bisa segera bebas dari himpitan hutang-hutang karena dapat pinjaman dari Bank Gaib lewat bantuan Ki Warso. Setelah aku mendapatkan penjelasan yang cukup, aku akhirnya menelpon Ki Warso dan mengikuti Program Bank Gaib. Selang 2 minggu aku mulai mendapatkan jalan keluar dapat Pinjaman Uang dari Bank Gaib. Pelan tapi pasti kini hutangku sebesar 500 juta sudah bisa terlunaskan dan sisanya aku gunakan untuk modal usaha. Terima kasih yang tak terhingga buat Ki Warso, yang telah membantu menyelesaikan masalah saya selama ini.
(RIANI, Peterongan, JOMBANG, HP. 085644420xxx)
HUTANG TERBAYARKAN BERKAT BANK GAIB
Gara-gara uang modal kerjasama bisnis Jual beli mobil di bawa kabur rekan bisnisku, kini aku harus menanggung banyak hutang ke Bank. Berbagai jalan telah aku tempuh supaya hutang-hutangku bisa terlunasi tapi tak cukup-cukup juga. Secara tak sengaja aku membuka emailku di situ ada yang menarik perhatianku soal solusi membayar hutang. Setelah aku cukup jelas akhirnya kau coba telp ke Ki Aryo dan meminta penjelasan lengkap tentang Bank Gaib. Akhirnya aku memesan Program Bank Gaib, dan setelah petunjuk Program Bank Gaib aku jalani jarak 10 hari kemudian aku didatangi Jin Penunggu Bank Gaib. Setelah aku mengutarakan niatku, aku di suruh menunggu uangnya 1 minggu kemudian di rumahku. Tepat Malam Jum’at kliwon aku benar-benar diberi Pinjaman Uang 25 juta dari Bank Gaib. Dan selang 2 minggu setelah itu dapat pinjaman uang 50 juta lagi dari Bank Gaib. kini aku sudah bisa terbebas dari himpitan hutang-hutangku selama ini. Terima kasih Banyak saya ucapkan kepada Ki Aryo yang telah membantu memberikan solusi atas masalahku selama ini.
(Santoso, Ketapang, BANYUWANGI)
Tidak Sengaja Ketemu Jalan Bank Gaib
Tidak Sengaja Ketemu Jalan Bank Gaib
Pada hari minggu kemarin saya meminta kepada siapa saja yang mengetahui tentang bank gaib di sini, ternyata saya tidak menunggu lama, siang hari saya menerima email dari seseorang yang mengalami hal yang sama dengan saya dan telah mendapatkan solusinya, dia memberikan saya nomer seseorang yang sudah membantunya dan dapat membantu saya. Pada saat itu juga saya langsung menghubungi beliau, setelah berbasa-basi sebentar saya lalu menceritakan permasalahan saya kepada beliau dan mengenai bank Gaib. Beliau lalu menyarankan kepada saya untuk membeli sebuah dompet ( klo dipikir dan didenger ini gila ), dompet tersebut klo dilihat tampak sama seperti layaknya dompet pada umumnya, namun yang membuatnya beda adalah disisi kiri dan kanan terdapat ukiran-ukiran ayat-ayat suci. Saya langsung menyanggupi, toh pikir saya harganya masih tergolong murah, kalaupun ditipu ya saya ihklas, namanya juga usaha. Saat itu juga saya transfer sejumlah uang ke rek beliau ( ditambah ongkos kirim tentunya ), karna saya meminta paket kilat tanpa disangka ternyata senin paginya dompet tersebut sudah sampai dirumah saya. Setelah menjalankan petunjuknya dan menaikan doa kepada Allah. Malam harinya saya taruh dompet tersebut dibawah bantal saya. Didalam tidur saya bermimpi didatangi oleh seseorang yang memberikan saya uang 50 juta, sesuai doa saya. Tanpa disangka pagi ini saya bangun dibawah bantal saya ada uang 100 ribu baru, gres, uang asli, 5 tumpuk yang klo dihitung sebanyak 50 juta seperti dalam mimpi dan doa saya. Alhamdulilah saya bersyukur kepada Tuhan, hanya dalam 2 hari hutang saya sudah lunas tanpa kesulitan apapun. Terima kasih buat seseorang yang sudah menolong dan membantu saya sehingga hari ini saya bebas dari hutang2 saya. Dompet tersebut masih saya pakai sampai hari ini, karna kata beliau dompet ini bukan Cuma dapat membantu saya dalam hal ekonomi saya tapi juga dalam hal kerjaan, katanya bias disegani dan berwibawa, saya belum buktikan hal itu tapi kalau dalam hal ekonomi saya bersyukur memilikinya. Kiranya kisah ini dapat membantu teman2 dan memberikan manfaat. Saya mau membantu teman2 karna saya sudah dibantu oleh orang lain dan saya tidak mau menikmati. BAGI YANG BERMINAT BISA HUB.E-MAIL DI WEB INI.
Kesaksian Peminjam Bank Gaib.
nih ada kesaksian orang2 yang nabung ke bank gaib hahaha2X ada2 aja nih orang padahal itu kan sirik
Hutang terbayar lunas
Entah sudah berapa banyak uang yang ku habiskan untuk mencari orang pintar/paranormal supaya aku bisa segera terbebas dari semua hutang-hutangku selama ini, tapi aku belum mendapatkan jalan keluar juga rasanya aku sudah hampir putus asa. Tapi suatu hari aku mendapat informasi dari kerabatku yang pernah mengalami nasib yang sama denganku katanya dia bisa segera bebas dari himpitan hutang-hutang karena dapat pinjaman dari Bank Gaib lewat bantuan Ki Warso. Setelah aku mendapatkan penjelasan yang cukup, aku akhirnya menelpon Ki Warso dan mengikuti Program Bank Gaib. Selang 2 minggu aku mulai mendapatkan jalan keluar dapat Pinjaman Uang dari Bank Gaib. Pelan tapi pasti kini hutangku sebesar 500 juta sudah bisa terlunaskan dan sisanya aku gunakan untuk modal usaha. Terima kasih yang tak terhingga buat Ki Warso, yang telah membantu menyelesaikan masalah saya selama ini.
(RIANI, Peterongan, JOMBANG, HP. 085644420xxx)
HUTANG TERBAYARKAN BERKAT BANK GAIB
Gara-gara uang modal kerjasama bisnis Jual beli mobil di bawa kabur rekan bisnisku, kini aku harus menanggung banyak hutang ke Bank. Berbagai jalan telah aku tempuh supaya hutang-hutangku bisa terlunasi tapi tak cukup-cukup juga. Secara tak sengaja aku membuka emailku di situ ada yang menarik perhatianku soal solusi membayar hutang. Setelah aku cukup jelas akhirnya kau coba telp ke Ki Aryo dan meminta penjelasan lengkap tentang Bank Gaib. Akhirnya aku memesan Program Bank Gaib, dan setelah petunjuk Program Bank Gaib aku jalani jarak 10 hari kemudian aku didatangi Jin Penunggu Bank Gaib. Setelah aku mengutarakan niatku, aku di suruh menunggu uangnya 1 minggu kemudian di rumahku. Tepat Malam Jum’at kliwon aku benar-benar diberi Pinjaman Uang 25 juta dari Bank Gaib. Dan selang 2 minggu setelah itu dapat pinjaman uang 50 juta lagi dari Bank Gaib. kini aku sudah bisa terbebas dari himpitan hutang-hutangku selama ini. Terima kasih Banyak saya ucapkan kepada Ki Aryo yang telah membantu memberikan solusi atas masalahku selama ini.
(Santoso, Ketapang, BANYUWANGI)
Tidak Sengaja Ketemu Jalan Bank Gaib
Tidak Sengaja Ketemu Jalan Bank Gaib
Pada hari minggu kemarin saya meminta kepada siapa saja yang mengetahui tentang bank gaib di sini, ternyata saya tidak menunggu lama, siang hari saya menerima email dari seseorang yang mengalami hal yang sama dengan saya dan telah mendapatkan solusinya, dia memberikan saya nomer seseorang yang sudah membantunya dan dapat membantu saya. Pada saat itu juga saya langsung menghubungi beliau, setelah berbasa-basi sebentar saya lalu menceritakan permasalahan saya kepada beliau dan mengenai bank Gaib. Beliau lalu menyarankan kepada saya untuk membeli sebuah dompet ( klo dipikir dan didenger ini gila ), dompet tersebut klo dilihat tampak sama seperti layaknya dompet pada umumnya, namun yang membuatnya beda adalah disisi kiri dan kanan terdapat ukiran-ukiran ayat-ayat suci. Saya langsung menyanggupi, toh pikir saya harganya masih tergolong murah, kalaupun ditipu ya saya ihklas, namanya juga usaha. Saat itu juga saya transfer sejumlah uang ke rek beliau ( ditambah ongkos kirim tentunya ), karna saya meminta paket kilat tanpa disangka ternyata senin paginya dompet tersebut sudah sampai dirumah saya. Setelah menjalankan petunjuknya dan menaikan doa kepada Allah. Malam harinya saya taruh dompet tersebut dibawah bantal saya. Didalam tidur saya bermimpi didatangi oleh seseorang yang memberikan saya uang 50 juta, sesuai doa saya. Tanpa disangka pagi ini saya bangun dibawah bantal saya ada uang 100 ribu baru, gres, uang asli, 5 tumpuk yang klo dihitung sebanyak 50 juta seperti dalam mimpi dan doa saya. Alhamdulilah saya bersyukur kepada Tuhan, hanya dalam 2 hari hutang saya sudah lunas tanpa kesulitan apapun. Terima kasih buat seseorang yang sudah menolong dan membantu saya sehingga hari ini saya bebas dari hutang2 saya. Dompet tersebut masih saya pakai sampai hari ini, karna kata beliau dompet ini bukan Cuma dapat membantu saya dalam hal ekonomi saya tapi juga dalam hal kerjaan, katanya bias disegani dan berwibawa, saya belum buktikan hal itu tapi kalau dalam hal ekonomi saya bersyukur memilikinya. Kiranya kisah ini dapat membantu teman2 dan memberikan manfaat. Saya mau membantu teman2 karna saya sudah dibantu oleh orang lain dan saya tidak mau menikmati. BAGI YANG BERMINAT BISA HUB.E-MAIL DI WEB INI.
Langganan:
Postingan (Atom)