MAU SUKSES DAN KAYA KLIK BAWAH INI....

KONSULTASI Email ke : mbahkahono@gmail.com

ANAK JADI TUMBAL PESUGIHAN

Perisitiwa ini terjadi pada akhir 2001 yang lalu. Seperti kita ketahui, isyu tentang keberadaan bank gaib yang berada di beberapa tempat di Pulau Jawa masih sangat kontroversial ketika itu. Konon, biasanya persekutuan dengan modus bank gaib, yaitu berupa pinjaman uang pada makhluk halus yang harus dibayar dalam jangka waktu yang ditentukan. Tapi kali ini, tebusan yang harus dibayar berupa tumbal!
Kisah mistis kali ini, sebuah kejadian nyata yang dialami oleh salah seorang pelaku yang pernah datang ke tempat pesugihan berupa bank gaib. Nama-nama para pelaku sengaja kami samarkan untuk menjaga citra diri mereka. Berikut pengakuan salah seorang saksi yang berhasil kami tuliskan kembali...


Aku dilahirkan di Desa Jatimulya, dari sepasang suami istri yang berprofesi sebagai penjual makanan. Setelah dewasa, aku menikah dengan seorang gadis pilihanku dari desa sebelah kampung halamanku. Gadis itu bernama Mumun.

Karena sifat manja yang ditanamkan sejak kecil oleh ke dua orang tuaku, akhirnya berakibat buruk pada saat aku sudah berumah tangga. Aku menjadi seorang bisa dikatakan ingin hidup enak tapi enggan mencari pekerjaan yang layak.

Meski pernikahan kami sudah berjalan dua tahun lebih, namun beberapa usaha yang aku geluti belum membuahkan hasil yang memuaskan. Tak jarang, untuk makan sehari-hari saja, masih bergantung pada orang tua. Hingga suatu ketika, istriku hamil dan melahirkan seorang putri yang cantik. Sebut saja namanya Mely.

Mulanya aku merintis pekerjaan sebagai pengrajin batu bata. Beberapa tahun kemudian, usaha itu pun berhenti karena kurang modal. Beberapa kali aku mencoba mencari usaha-usaha yang lain. Namun lagi-lagi aku belum juga menemukan pekerjaan yang cocok dengan kepribadianku. Di saat aku sedang kalut dengan keadaan, aku kedatangan seorang teman dari desa lain. Sang teman menawarkan suatu jalan alternatif mencari kekayaan yang terdengar sangat musykil bagiku.

Temanku yang sebut saja bernama Solihin itu memang tergolong berada di desanya. Kedetangannya ke tempatku, karena Solihin disuruh oleh seorang perantara dari Desa Terisi agar mencarikan tujuh peserta lain untuk diajak ke suatu tempat keramat yang ada di pesisir laut kidul Jawa Barat. Maksudnya tak lain dan tak bukan adalah untuk melakukan peminjaman uang ke bank gaib.

Menurut Solihin, segala kebutuhan mulai dari ongkos dan kendaraan dijamin oleh Abbas, sang perantara tersebut. Aku dan teman-teman cukup membawa KTP dan botol kosong bekas air mineral. Di sana, konon ada sebuah tempat yang dirahasiakan berupa gua untuk meminta pesugihan berupa bank gaib.

Terus terang, aku tidak percaya pada cara-cara nyleneh yang diutarakan temanku itu. Tapi mengingat kondisi keluarga yang memprihatinkan, akhirnya aku turuti saja ajakan mereka. Sekedar mencari peruntungan! Pikirku ketika itu.

Sesuai dengan waktu yang direncanakan, rombongan disuruh berkumpul di suatu tempat yang ditentukan untuk menunggu jemputan dari Abbas selaku perantara.

Pagi itu, sekitar pukul 06.00 WIB, datanglah sebuah mobil Kijang. Kenmdaraan inilah yang kemudian membawa rombongan kami menyusuri arah selatan menuju Pantai Pangandaran di daerah Ciamis, Jawa Barat. Setelah sampai di sana, kami diajak memasuki sebuah goa yang pengap. Kami semua menemui seorang juru kunci yang berpakaian serba putih ala wali.

Setelah melakukan uluk salam, Abbas mengutarakan maksud kedatangan kami. Juru kunci tersebut tidak langsung menyanggupi, melainkan memberikan sebuah nasehat bahwa apa yang kami lakukan adalah perbuatan yang dilarang agama. Namun setelah Abbas mendesak, akhirnya juru kunci itu pun memenuhi permintaan kami dengan syarat-syarat dan resiko yang bakal terjadi.

Persyaratannya antara lain: peserta harus menyerahkan KTP dan memasukkan ombak air laut ke dalam botol yang kami bawa. Para peserta tidak boleh menciduk air laut secara langsung, melainkan menadahkan botol itu pada ombak yang datang sendiri secara bergelombang. Setelah semuanya diuraikan, kira-kira setengah jam kemudian kami keluar untuk mendapatkan air tersebut.

Setelah dapat, semua orang masuk kembali ke ruangan sang juru kunci. Lelaki berjubah putih itu memberikan lagi beberapa persyaratan yang harus disediakan oleh tiap-tiap peserta setelah sampai di rumah nanti. Di antaranya kami harus menyediakan kamar khusus untuk meletakkan sarana ritual nanti.

Air laut yang ada di dalam botol harus dicampur dengan bunga tujuh rupa. Peserta juga harus menyediakan tujuh jenis minuman yang berbeda dalam gelas, seperti kopi pahit, kopi manis, teh pahit, teh manis, kopi jahe, air kelapa, dan beberapa sarana ritual lainnya. Semuanya ditutup dengan kain putih. Pelaku juga tidak boleh tertidur pada tengah malam.

Di dalam kamar kami harus menunggu makhluk yang akan datang memenuhi hajat bagi tiap peserta. Menurut juru kunci, apapun yang terjadi para pelaku tidak boleh beranjak dari kamar. Apabila ritual itu gagal, para pelaku siap menanggung resiko yang akan terjadi kelak. Setelah semua persyaratan beres, kami pun pulang kembali ke rumah dan desa masing-masing.


Sampai di rumah, aku mempersiapkan segalanya, termasuk kamar khusus untuk acara ritual. Ketika malam semakin larut aku mulai melakukan ritual itu. Bau kemenyan yang mengepul menyengat di kedua rongga hidungku. Aku masih duduk bersila menahan rasa kantuk yang sedari tadi menggayut di kelopak mataku.

Sesaat kemudian, tiba-tiba ruangan kamarku serasa berguncang. Aku merasakan seolah rumahku digoyangkan oleh sesuatu kekuatan yang amat dahsyat. Aku sangat terkejut dan beranjak dari tempat duduk untuk bangkit ke belakang. Setelah itu entah dari mana datangnya, di depanku tampak asap putih mengepul. Lambat laun asap itu menjelma menjadi sosok makhluk yang mengerikan. Makhluk tinggi besar itu berdiri tepat di depanku. Terlihat jelas rambutnya yang gondrong, dengan taring mencuat di mulutnya. Tubuhnya tampak berwarna belang-belang mirip zebra.

Makhluk itu menggeram. Seraya menyeringai dia mendekatiku. Mungkin makhluk itu hendak mencekikku. Saat itu juga aku berusaha menghindar lari karena didera rasa takut yang membuncah. Ingin sekali aku berteriak. Tapi entah kenapa suaraku tersekat di tenggorokkan. Aku terus berusaha menggapai daun pintu untuk keluar. Setelah sampai keluar, aku lari mendekati ruang tamu. Untung saja makhluk itu tidak terus mengejarku.

Namun masih kurasakan, seakan rumahku berguncang hendak roboh. Tapi anehnya, istri dan anakku tidak terusik sama sekali dengan peristiwa yang kualami. Memang, kejadian itu hanya berlangsung sementara, kerana sesaat kemudian keadaan kembali normal. Karena takut, aku pun tertidur di sofa ruang tamu. Akhirnya, kunyatakan ritual itu gagal total.

Keesokan harinya, aku mendatangi beberapa rumah temanku. Mereka pun mengaku sama mengalami peristiwa semalam. Akhirnya, semuanya gagal. Begitu juga Abbas, sang perantara.

Seminggu setelah kejadian itu, tersiar kabar dari teman-teman bahwa mereka kerap kali diganggu makhluk tinggi besar itu. Makhluk itu datang dan menuntut ganti rugi atas kekecewaannya. Tidak sedikit di antara teman-temanku mengalami kesurupan yang nyaris merenggut nyawanya. Bahkan di antara mereka banyak yang anak-anaknya mengalami penyakit yang sangat aneh. Untuk saja ada orang-orang pintar di desa masing-massing yang segera menangani.

Dua hari setelah kabar itu, menjelang maghrib istriku yang baru pulang dengan anakku dari tempat mertuaku mengalami peristiwa yang selama ini aku takutkan. Setelah tiba di rumah, anakku yang berusia 2 tahun itu mendadak kejang-kejang. Semua tetangga hadir, termasuk ibuku untuk melihat keadaan anakku.

Sebelumnya, anakku tidak mengalami sakit apa-apa. Setelah semuanya berkumpul, anakku pun menghembuskan nafas yang terakhir. Semua orang yang hadir termasuk istri dan ibuku menangis meratapi kepergian anakku yang masih belia itu. Aku sangat terpukul dan menyesal dengan kejadian ini.

Saat kematiannya, ada sesuatu yang aneh aku lihat di leher anakku. Begitu juga pada tetangga yang hadir. Kami semua melihat seperti ada bekas cekikan di leher Mely, anakku. Akhirnya keadaan pun menjadi gempar. Ada yang beranggapan anakku terkena tulah makhluk halus.

Namun ada juga yang mengatakan, anakku menjadi tumbal orang yang melakukan pesugihan. Hanya aku yang tahu pasti tentang semuanya. Dan, aku hanya menyesali perbuatan yagn pernah kulakukan itu. Benarkah anakku menjadi tumbal akibat persekutuan yang gagal? Wallahu'alam.

ANAK JADI TUMBAL PESUGIHAN

Perisitiwa ini terjadi pada akhir 2001 yang lalu. Seperti kita ketahui, isyu tentang keberadaan bank gaib yang berada di beberapa tempat di Pulau Jawa masih sangat kontroversial ketika itu. Konon, biasanya persekutuan dengan modus bank gaib, yaitu berupa pinjaman uang pada makhluk halus yang harus dibayar dalam jangka waktu yang ditentukan. Tapi kali ini, tebusan yang harus dibayar berupa tumbal!
Kisah mistis kali ini, sebuah kejadian nyata yang dialami oleh salah seorang pelaku yang pernah datang ke tempat pesugihan berupa bank gaib. Nama-nama para pelaku sengaja kami samarkan untuk menjaga citra diri mereka. Berikut pengakuan salah seorang saksi yang berhasil kami tuliskan kembali...


Aku dilahirkan di Desa Jatimulya, dari sepasang suami istri yang berprofesi sebagai penjual makanan. Setelah dewasa, aku menikah dengan seorang gadis pilihanku dari desa sebelah kampung halamanku. Gadis itu bernama Mumun.

Karena sifat manja yang ditanamkan sejak kecil oleh ke dua orang tuaku, akhirnya berakibat buruk pada saat aku sudah berumah tangga. Aku menjadi seorang bisa dikatakan ingin hidup enak tapi enggan mencari pekerjaan yang layak.

Meski pernikahan kami sudah berjalan dua tahun lebih, namun beberapa usaha yang aku geluti belum membuahkan hasil yang memuaskan. Tak jarang, untuk makan sehari-hari saja, masih bergantung pada orang tua. Hingga suatu ketika, istriku hamil dan melahirkan seorang putri yang cantik. Sebut saja namanya Mely.

Mulanya aku merintis pekerjaan sebagai pengrajin batu bata. Beberapa tahun kemudian, usaha itu pun berhenti karena kurang modal. Beberapa kali aku mencoba mencari usaha-usaha yang lain. Namun lagi-lagi aku belum juga menemukan pekerjaan yang cocok dengan kepribadianku. Di saat aku sedang kalut dengan keadaan, aku kedatangan seorang teman dari desa lain. Sang teman menawarkan suatu jalan alternatif mencari kekayaan yang terdengar sangat musykil bagiku.

Temanku yang sebut saja bernama Solihin itu memang tergolong berada di desanya. Kedetangannya ke tempatku, karena Solihin disuruh oleh seorang perantara dari Desa Terisi agar mencarikan tujuh peserta lain untuk diajak ke suatu tempat keramat yang ada di pesisir laut kidul Jawa Barat. Maksudnya tak lain dan tak bukan adalah untuk melakukan peminjaman uang ke bank gaib.

Menurut Solihin, segala kebutuhan mulai dari ongkos dan kendaraan dijamin oleh Abbas, sang perantara tersebut. Aku dan teman-teman cukup membawa KTP dan botol kosong bekas air mineral. Di sana, konon ada sebuah tempat yang dirahasiakan berupa gua untuk meminta pesugihan berupa bank gaib.

Terus terang, aku tidak percaya pada cara-cara nyleneh yang diutarakan temanku itu. Tapi mengingat kondisi keluarga yang memprihatinkan, akhirnya aku turuti saja ajakan mereka. Sekedar mencari peruntungan! Pikirku ketika itu.

Sesuai dengan waktu yang direncanakan, rombongan disuruh berkumpul di suatu tempat yang ditentukan untuk menunggu jemputan dari Abbas selaku perantara.

Pagi itu, sekitar pukul 06.00 WIB, datanglah sebuah mobil Kijang. Kenmdaraan inilah yang kemudian membawa rombongan kami menyusuri arah selatan menuju Pantai Pangandaran di daerah Ciamis, Jawa Barat. Setelah sampai di sana, kami diajak memasuki sebuah goa yang pengap. Kami semua menemui seorang juru kunci yang berpakaian serba putih ala wali.

Setelah melakukan uluk salam, Abbas mengutarakan maksud kedatangan kami. Juru kunci tersebut tidak langsung menyanggupi, melainkan memberikan sebuah nasehat bahwa apa yang kami lakukan adalah perbuatan yang dilarang agama. Namun setelah Abbas mendesak, akhirnya juru kunci itu pun memenuhi permintaan kami dengan syarat-syarat dan resiko yang bakal terjadi.

Persyaratannya antara lain: peserta harus menyerahkan KTP dan memasukkan ombak air laut ke dalam botol yang kami bawa. Para peserta tidak boleh menciduk air laut secara langsung, melainkan menadahkan botol itu pada ombak yang datang sendiri secara bergelombang. Setelah semuanya diuraikan, kira-kira setengah jam kemudian kami keluar untuk mendapatkan air tersebut.

Setelah dapat, semua orang masuk kembali ke ruangan sang juru kunci. Lelaki berjubah putih itu memberikan lagi beberapa persyaratan yang harus disediakan oleh tiap-tiap peserta setelah sampai di rumah nanti. Di antaranya kami harus menyediakan kamar khusus untuk meletakkan sarana ritual nanti.

Air laut yang ada di dalam botol harus dicampur dengan bunga tujuh rupa. Peserta juga harus menyediakan tujuh jenis minuman yang berbeda dalam gelas, seperti kopi pahit, kopi manis, teh pahit, teh manis, kopi jahe, air kelapa, dan beberapa sarana ritual lainnya. Semuanya ditutup dengan kain putih. Pelaku juga tidak boleh tertidur pada tengah malam.

Di dalam kamar kami harus menunggu makhluk yang akan datang memenuhi hajat bagi tiap peserta. Menurut juru kunci, apapun yang terjadi para pelaku tidak boleh beranjak dari kamar. Apabila ritual itu gagal, para pelaku siap menanggung resiko yang akan terjadi kelak. Setelah semua persyaratan beres, kami pun pulang kembali ke rumah dan desa masing-masing.


Sampai di rumah, aku mempersiapkan segalanya, termasuk kamar khusus untuk acara ritual. Ketika malam semakin larut aku mulai melakukan ritual itu. Bau kemenyan yang mengepul menyengat di kedua rongga hidungku. Aku masih duduk bersila menahan rasa kantuk yang sedari tadi menggayut di kelopak mataku.

Sesaat kemudian, tiba-tiba ruangan kamarku serasa berguncang. Aku merasakan seolah rumahku digoyangkan oleh sesuatu kekuatan yang amat dahsyat. Aku sangat terkejut dan beranjak dari tempat duduk untuk bangkit ke belakang. Setelah itu entah dari mana datangnya, di depanku tampak asap putih mengepul. Lambat laun asap itu menjelma menjadi sosok makhluk yang mengerikan. Makhluk tinggi besar itu berdiri tepat di depanku. Terlihat jelas rambutnya yang gondrong, dengan taring mencuat di mulutnya. Tubuhnya tampak berwarna belang-belang mirip zebra.

Makhluk itu menggeram. Seraya menyeringai dia mendekatiku. Mungkin makhluk itu hendak mencekikku. Saat itu juga aku berusaha menghindar lari karena didera rasa takut yang membuncah. Ingin sekali aku berteriak. Tapi entah kenapa suaraku tersekat di tenggorokkan. Aku terus berusaha menggapai daun pintu untuk keluar. Setelah sampai keluar, aku lari mendekati ruang tamu. Untung saja makhluk itu tidak terus mengejarku.

Namun masih kurasakan, seakan rumahku berguncang hendak roboh. Tapi anehnya, istri dan anakku tidak terusik sama sekali dengan peristiwa yang kualami. Memang, kejadian itu hanya berlangsung sementara, kerana sesaat kemudian keadaan kembali normal. Karena takut, aku pun tertidur di sofa ruang tamu. Akhirnya, kunyatakan ritual itu gagal total.

Keesokan harinya, aku mendatangi beberapa rumah temanku. Mereka pun mengaku sama mengalami peristiwa semalam. Akhirnya, semuanya gagal. Begitu juga Abbas, sang perantara.

Seminggu setelah kejadian itu, tersiar kabar dari teman-teman bahwa mereka kerap kali diganggu makhluk tinggi besar itu. Makhluk itu datang dan menuntut ganti rugi atas kekecewaannya. Tidak sedikit di antara teman-temanku mengalami kesurupan yang nyaris merenggut nyawanya. Bahkan di antara mereka banyak yang anak-anaknya mengalami penyakit yang sangat aneh. Untuk saja ada orang-orang pintar di desa masing-massing yang segera menangani.

Dua hari setelah kabar itu, menjelang maghrib istriku yang baru pulang dengan anakku dari tempat mertuaku mengalami peristiwa yang selama ini aku takutkan. Setelah tiba di rumah, anakku yang berusia 2 tahun itu mendadak kejang-kejang. Semua tetangga hadir, termasuk ibuku untuk melihat keadaan anakku.

Sebelumnya, anakku tidak mengalami sakit apa-apa. Setelah semuanya berkumpul, anakku pun menghembuskan nafas yang terakhir. Semua orang yang hadir termasuk istri dan ibuku menangis meratapi kepergian anakku yang masih belia itu. Aku sangat terpukul dan menyesal dengan kejadian ini.

Saat kematiannya, ada sesuatu yang aneh aku lihat di leher anakku. Begitu juga pada tetangga yang hadir. Kami semua melihat seperti ada bekas cekikan di leher Mely, anakku. Akhirnya keadaan pun menjadi gempar. Ada yang beranggapan anakku terkena tulah makhluk halus.

Namun ada juga yang mengatakan, anakku menjadi tumbal orang yang melakukan pesugihan. Hanya aku yang tahu pasti tentang semuanya. Dan, aku hanya menyesali perbuatan yagn pernah kulakukan itu. Benarkah anakku menjadi tumbal akibat persekutuan yang gagal? Wallahu'alam.

Pesugihan Nyai Blorong

Nyi Blorong dipercaya sebagai penglima terkuat di kerajaan lelembut Laut Selatan. Dengan kemampuannya itu, ia di anggap sanggup mewujudkan setiap permintaan manusia yang mengajaknya bersekutu. Tetapi, benarkah kepingan-kepingan emas yang diberikan bukan kisah legenda semata?
Ombak Pantai Selatan bergulung-gulung dahsyat. Bak makhluk apa saja yang ada disekitarnya. Banyak orang mengidentifikasi tempat itu sebagai daerah kekuasaan Nyi Roro Kidul atau Nyi Blorong. Tentu saja dengan segenap senopati dan punggawanya yang terdiri dari bermacam-macam makhluk halus.
Jika Nyi Roro Kidul selama ini dikenal senagai penguasa gaib keraton Pantai Selatan, maka Nyi Blorong dikenal sebagai salah satu petinggi di jajaran keraton Segara Pantai Selatan yang memiliki kesaktian yang luar biasa.

Karena kehebatannya itu pula. Nyi Blorong di anggap bisa memback-up sepenuhnya setiap keinginan manusia yang menjalin persekutuan gaib dengannya. Nyi Blorong yang di gambarkan sebagai sosok wanita dengan tubuh ular itu di percaya dapat mendatangkan kekayaan bagi orang yang mengajaknya bersekutu. Dengan melakukan persekutuan tersebut, setiap kali Nyi Blorong datang akan meninggalkan keping-keping emas di tempat dia menemui orang yang menjalin hubungan dengannya.
Emas yang ditinggalkan oleh Nyi Blorong sengaja diberikan kepada orang yang menghambanya itu sebenarnya merupakan sisik-sisik tubuh Nyi Blorong sendiri. Sisik-sisik tersebut akan terus mengalami perubahan setiap kali menerima persembahan sesaji dari orang yang mengajaknya bersekutu. Sisik-sisik yang ditinggalkan itu akan berubah menjadi emas murni.
Tampilan Nyi Blorong yang nampak sebagai seorang ratu dengan kebaya tradisional yang sangat memikat itu sebenarnya merupakan perwujudan kamulfase dari sosok Nyi Blorong yang sebenarnya. Karena kesaktiannya, dia bisa nampak seperti itu. Sebenarnya, kain panjang sulaman benang emas yang dikenakannya itu adalah wujud dari tubuhnya bagian bawah yang berupa ular raksasa.
Untuk menyokong penampilan di depan para pemujanya, agar selalu tampil anggun, cantik, dan berwibawa, Nyi Blorong selalu mensyaratkan kepada orang yang mempersekutukannya agar melakukan rirual ‘cawis sesaji’. Ritual tersebut umumnya berlangsung pada malam-malam purnama. Konon, pada saat malam purnama penuh Nyi Blorong akan tampak semakin cantik, dan tuah kesaktiannya berpendar sempurna. Tuah kesaktian itu sendiri, akan mendukung penampilan kecantikannya. Namun, ketika bulan purnama mulai surut, dia akan segera nampak dengan perwujudan aslinya. Yakni siluman kepala mirip manusia dengan tubuh bagian bawah berupa ular raksasa.
Sudah barang pasti banyak syarat yang harus dipenuhi untuk bisa menjalin persekutuan dengan Nyi Blorong dan mendapatkan sisik-sisik emas dari tubuhnya. Yang harus dilakukan pertama kali adalah melakukan ritual ‘mbucal badan’ (berpuasa dan bersemedi) di wilayah pantai laut selatan selama empat puluh hari empat puluh malam. Ritual ini sangat menentukan berhasil tidaknya persekutuan. Sebab, pada ritual inilah Nyi Blorong akan muncul dan memberikan syarat-syarat khusus kepada yang menginginkan persekutuan.
Bila syarat-syarat khusus, yang umumnya berupa penampakan wilayah gaib keraton Laut Selatan dan Nyi Blorong dalam mimpi sudah didapatkan, maka ritual lanjutan berupa larung sesaji di wilayah laut selatan baru bisa dilaksanakan. Sesaji pokok yang harus dilarung, biasanya berupa dua sisir pisang raja, kinang, sekar abon-abon, jajan pasar lengkap, dan beragam tanaman ubi-ubian atau yang biasanya disebut ‘pala kepandhem’. Sedangkan barang-barang yang harus dilurung untuk dipersembahkan kepala keraton gaib Laut Selatan dan Nyi Blorong harus dibagi dua masing-masing diletakkan dalam sebuah wadah yang terbuat dari kuningan.
Pada wadah yang pertama disertakan kain panjang bermotif cinde ijem, cinde abrit, sinjang limar, dan kain penutup dada bermotif solog, gadhung mlathi, gadhung, udorogo, jingga, bangun tulak, serta tikar pasir yang ditutupi mori. Selain itu juga harus disertakan minyak wangi, dupa ratus, dan uang rogam ratusan.
Sedangkan pada wadah yang ke dua di isi dengan kain panjang bermotif poleng, teluh watu, kain penutup dada bermotif dringin, songer pandhan benethot, podhang ngisep sari, bangun tulak, minyak wangi, serta dupa ratus, dan uang rogam seratus rupiah.
Ritual labuhan barang dan sesaji ini tidak hanya dilakukan sekali, melainkan harus dilaksanakan secara rutin setiap tahun pada tangal dan waktu yang sama dengan ritual larungan yang pertama kali diadakan.
Selain ritual yang diatas, Nyi Blorong juga menerapkan syarat yang sangat berat bagi orang yang menjalin persekutuan gaib dengannya. yaitu mereka yang bersekutu dengan Nyi Blorong sama dengan melakukan kontrak ‘mati’ dengannya. Sebab saat ajal menjemput, arwah orang tadi akan menjadi bagian dari penghuni keraton gaib Laut Selatan. Dia akan menjadi abdi dalam dan untuk selamanya di sana. Selain itu, dalam jangka waktu tertentu, Nyi Blorong juga akan meminta tumbal nyawa untuk penambahan prajuritnya.
Tumbal jiwa ini pula yang ikut memberi andil dalam meremajakan kulit ular Nyi Blorong. Sehingga, semakin banyak tumbal yang dipersembahkan maka akan semakin banyak keping-keping emas yang akan diterima dari Nyi Blorong. Oleh karena itu, tumbal nyawa ini tidak hanya berfungsi sebagai penambahan prajuritnya, tetapi juga sebagai penunjang kecantikan dan kesaktian Nyi Blorong. Sementara disisi lain, tumbal nyawa manusia ini akan digunakan sebagai sarana pemuas nafsu Nyi Blorong.
Nyi Blorong memiliki nafsu seksual yang luar biasa. Dan untuk memuaskan hasratnya, tumbal-tumbal itulah akan dijadikan semacam budak pemuas nafsunya. Dengan terpenuhi hasratnya, kecantikannya akan senantiasa terpelihara. Tidak hanya itu saja, biasanya si pencari pesugihan juga harus melayani Nyi Blorong pada saat-saat tertentu sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan sisik emasnya. Dan bersebadan dengan Nyi Blorong tidak jauh sama seperti menyerahkan hidup kepadanya. Sebab. dia juga menyedot energi kejiwaan untuk menggantikan sisiknya yang terlepas.

Pesugihan Nyai Blorong

Nyi Blorong dipercaya sebagai penglima terkuat di kerajaan lelembut Laut Selatan. Dengan kemampuannya itu, ia di anggap sanggup mewujudkan setiap permintaan manusia yang mengajaknya bersekutu. Tetapi, benarkah kepingan-kepingan emas yang diberikan bukan kisah legenda semata?
Ombak Pantai Selatan bergulung-gulung dahsyat. Bak makhluk apa saja yang ada disekitarnya. Banyak orang mengidentifikasi tempat itu sebagai daerah kekuasaan Nyi Roro Kidul atau Nyi Blorong. Tentu saja dengan segenap senopati dan punggawanya yang terdiri dari bermacam-macam makhluk halus.
Jika Nyi Roro Kidul selama ini dikenal senagai penguasa gaib keraton Pantai Selatan, maka Nyi Blorong dikenal sebagai salah satu petinggi di jajaran keraton Segara Pantai Selatan yang memiliki kesaktian yang luar biasa.

Karena kehebatannya itu pula. Nyi Blorong di anggap bisa memback-up sepenuhnya setiap keinginan manusia yang menjalin persekutuan gaib dengannya. Nyi Blorong yang di gambarkan sebagai sosok wanita dengan tubuh ular itu di percaya dapat mendatangkan kekayaan bagi orang yang mengajaknya bersekutu. Dengan melakukan persekutuan tersebut, setiap kali Nyi Blorong datang akan meninggalkan keping-keping emas di tempat dia menemui orang yang menjalin hubungan dengannya.
Emas yang ditinggalkan oleh Nyi Blorong sengaja diberikan kepada orang yang menghambanya itu sebenarnya merupakan sisik-sisik tubuh Nyi Blorong sendiri. Sisik-sisik tersebut akan terus mengalami perubahan setiap kali menerima persembahan sesaji dari orang yang mengajaknya bersekutu. Sisik-sisik yang ditinggalkan itu akan berubah menjadi emas murni.
Tampilan Nyi Blorong yang nampak sebagai seorang ratu dengan kebaya tradisional yang sangat memikat itu sebenarnya merupakan perwujudan kamulfase dari sosok Nyi Blorong yang sebenarnya. Karena kesaktiannya, dia bisa nampak seperti itu. Sebenarnya, kain panjang sulaman benang emas yang dikenakannya itu adalah wujud dari tubuhnya bagian bawah yang berupa ular raksasa.
Untuk menyokong penampilan di depan para pemujanya, agar selalu tampil anggun, cantik, dan berwibawa, Nyi Blorong selalu mensyaratkan kepada orang yang mempersekutukannya agar melakukan rirual ‘cawis sesaji’. Ritual tersebut umumnya berlangsung pada malam-malam purnama. Konon, pada saat malam purnama penuh Nyi Blorong akan tampak semakin cantik, dan tuah kesaktiannya berpendar sempurna. Tuah kesaktian itu sendiri, akan mendukung penampilan kecantikannya. Namun, ketika bulan purnama mulai surut, dia akan segera nampak dengan perwujudan aslinya. Yakni siluman kepala mirip manusia dengan tubuh bagian bawah berupa ular raksasa.
Sudah barang pasti banyak syarat yang harus dipenuhi untuk bisa menjalin persekutuan dengan Nyi Blorong dan mendapatkan sisik-sisik emas dari tubuhnya. Yang harus dilakukan pertama kali adalah melakukan ritual ‘mbucal badan’ (berpuasa dan bersemedi) di wilayah pantai laut selatan selama empat puluh hari empat puluh malam. Ritual ini sangat menentukan berhasil tidaknya persekutuan. Sebab, pada ritual inilah Nyi Blorong akan muncul dan memberikan syarat-syarat khusus kepada yang menginginkan persekutuan.
Bila syarat-syarat khusus, yang umumnya berupa penampakan wilayah gaib keraton Laut Selatan dan Nyi Blorong dalam mimpi sudah didapatkan, maka ritual lanjutan berupa larung sesaji di wilayah laut selatan baru bisa dilaksanakan. Sesaji pokok yang harus dilarung, biasanya berupa dua sisir pisang raja, kinang, sekar abon-abon, jajan pasar lengkap, dan beragam tanaman ubi-ubian atau yang biasanya disebut ‘pala kepandhem’. Sedangkan barang-barang yang harus dilurung untuk dipersembahkan kepala keraton gaib Laut Selatan dan Nyi Blorong harus dibagi dua masing-masing diletakkan dalam sebuah wadah yang terbuat dari kuningan.
Pada wadah yang pertama disertakan kain panjang bermotif cinde ijem, cinde abrit, sinjang limar, dan kain penutup dada bermotif solog, gadhung mlathi, gadhung, udorogo, jingga, bangun tulak, serta tikar pasir yang ditutupi mori. Selain itu juga harus disertakan minyak wangi, dupa ratus, dan uang rogam ratusan.
Sedangkan pada wadah yang ke dua di isi dengan kain panjang bermotif poleng, teluh watu, kain penutup dada bermotif dringin, songer pandhan benethot, podhang ngisep sari, bangun tulak, minyak wangi, serta dupa ratus, dan uang rogam seratus rupiah.
Ritual labuhan barang dan sesaji ini tidak hanya dilakukan sekali, melainkan harus dilaksanakan secara rutin setiap tahun pada tangal dan waktu yang sama dengan ritual larungan yang pertama kali diadakan.
Selain ritual yang diatas, Nyi Blorong juga menerapkan syarat yang sangat berat bagi orang yang menjalin persekutuan gaib dengannya. yaitu mereka yang bersekutu dengan Nyi Blorong sama dengan melakukan kontrak ‘mati’ dengannya. Sebab saat ajal menjemput, arwah orang tadi akan menjadi bagian dari penghuni keraton gaib Laut Selatan. Dia akan menjadi abdi dalam dan untuk selamanya di sana. Selain itu, dalam jangka waktu tertentu, Nyi Blorong juga akan meminta tumbal nyawa untuk penambahan prajuritnya.
Tumbal jiwa ini pula yang ikut memberi andil dalam meremajakan kulit ular Nyi Blorong. Sehingga, semakin banyak tumbal yang dipersembahkan maka akan semakin banyak keping-keping emas yang akan diterima dari Nyi Blorong. Oleh karena itu, tumbal nyawa ini tidak hanya berfungsi sebagai penambahan prajuritnya, tetapi juga sebagai penunjang kecantikan dan kesaktian Nyi Blorong. Sementara disisi lain, tumbal nyawa manusia ini akan digunakan sebagai sarana pemuas nafsu Nyi Blorong.
Nyi Blorong memiliki nafsu seksual yang luar biasa. Dan untuk memuaskan hasratnya, tumbal-tumbal itulah akan dijadikan semacam budak pemuas nafsunya. Dengan terpenuhi hasratnya, kecantikannya akan senantiasa terpelihara. Tidak hanya itu saja, biasanya si pencari pesugihan juga harus melayani Nyi Blorong pada saat-saat tertentu sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan sisik emasnya. Dan bersebadan dengan Nyi Blorong tidak jauh sama seperti menyerahkan hidup kepadanya. Sebab. dia juga menyedot energi kejiwaan untuk menggantikan sisiknya yang terlepas.

Solusi Masalah Hutang

Anda punya masalah hutang menumpuk sudah kemana -mana tidak ada hasil malah ditipu, mbah gober solusinya,banyak pasien mbah mengeluhkan hal yang sama cari pesugihan tidak ada hasil,hutang semakin numpuk,cari solusi malah kena tipu,dengan solusi pesugihan ini insya allah mbah akan bantu sampai tuntas dan sampai bisa bayar hutang sampai lunas uang asli dan tidak ada rekayasa belaka,mbah menjamin berhasil , jika gagal,mahar  anda akan dikembalikan.tidak perlu ragu & khawatir ditipu,sudah ribuan orang yg berhasil &  menjadi kaya raya.

1. Uang balik pecahan Rp.50.000,- sebanyak 1 lembar MAHAR Rp.10.000.000,- Proses 3 hari,hasilnya bisa digunakan sesuka hati,pantangan tidak boleh dibelanjakan diwarung disekitar rumah.
2. Uang balik pecahan Rp.100.000,- sebanyak 1 lembar,MAHAR Rp.15.000.000,- Proses 3 hari,hasilnya bisa digunakan sesuka hati,pantangan,pemakaiannya  tidak boleh  tidak boleh dibelanjakan di warung di sekitar rumah.

3.Pasang susuk mahar Rp.10.000.000,- susuk intan,mas,berlian asli 100% untuk kecantikan,kekebalan,tidak ada pantangan,berlaku seumur hidup,jika bosan pakai,bisa dibuang sendiri tanpa bantuan orang lain.
4. MEDIA PENGLARISAN DAGANG MAHAR Rp.5.000.000,- dijamin dagangan anda laku keras seperti kacang goreng,habis terjual.GARANSI

5.JUAL MUSUH MAHAR  Rp.17.000.000, hasil yang didapat sebanyak Rp.15.000.000.000,- menumbalkan musuh untuk pesugihan,proses ritual 1 hari selesai.musuh mati mendadak.

Semua Asli tidak ada rekayasa belaka jika gagal mahar akan dikembalikan,tidak ada yang dirugikan,mbah suka orang yang terbuka tidak ada yang ditutup-tutupi kalo ada masalah berat menimpa anda.
Mbah TIDAK BUKA CABANG DIMANA-MANA  CUMA ADA SATU ,“mohon maaf karena banyaknya permintaan permohonan pesugihan,harap bersabar jika SMS/telp anda tidak dibalas…!!

Solusi Masalah Hutang

Anda punya masalah hutang menumpuk sudah kemana -mana tidak ada hasil malah ditipu, mbah gober solusinya,banyak pasien mbah mengeluhkan hal yang sama cari pesugihan tidak ada hasil,hutang semakin numpuk,cari solusi malah kena tipu,dengan solusi pesugihan ini insya allah mbah akan bantu sampai tuntas dan sampai bisa bayar hutang sampai lunas uang asli dan tidak ada rekayasa belaka,mbah menjamin berhasil , jika gagal,mahar  anda akan dikembalikan.tidak perlu ragu & khawatir ditipu,sudah ribuan orang yg berhasil &  menjadi kaya raya.

1. Uang balik pecahan Rp.50.000,- sebanyak 1 lembar MAHAR Rp.10.000.000,- Proses 3 hari,hasilnya bisa digunakan sesuka hati,pantangan tidak boleh dibelanjakan diwarung disekitar rumah.
2. Uang balik pecahan Rp.100.000,- sebanyak 1 lembar,MAHAR Rp.15.000.000,- Proses 3 hari,hasilnya bisa digunakan sesuka hati,pantangan,pemakaiannya  tidak boleh  tidak boleh dibelanjakan di warung di sekitar rumah.

3.Pasang susuk mahar Rp.10.000.000,- susuk intan,mas,berlian asli 100% untuk kecantikan,kekebalan,tidak ada pantangan,berlaku seumur hidup,jika bosan pakai,bisa dibuang sendiri tanpa bantuan orang lain.
4. MEDIA PENGLARISAN DAGANG MAHAR Rp.5.000.000,- dijamin dagangan anda laku keras seperti kacang goreng,habis terjual.GARANSI

5.JUAL MUSUH MAHAR  Rp.17.000.000, hasil yang didapat sebanyak Rp.15.000.000.000,- menumbalkan musuh untuk pesugihan,proses ritual 1 hari selesai.musuh mati mendadak.

Semua Asli tidak ada rekayasa belaka jika gagal mahar akan dikembalikan,tidak ada yang dirugikan,mbah suka orang yang terbuka tidak ada yang ditutup-tutupi kalo ada masalah berat menimpa anda.
Mbah TIDAK BUKA CABANG DIMANA-MANA  CUMA ADA SATU ,“mohon maaf karena banyaknya permintaan permohonan pesugihan,harap bersabar jika SMS/telp anda tidak dibalas…!!

Cerita Penganut Pesugihan

Bila sedang jatuh pailit, kemudian dililit banyak utang, bisa membuat seseorang gelap mata. Apalagi bila iman sedang goyah. Agar tidak jatuh lebih lagi, lalu mencari jalan pintas untuk memecahkan persoalan.
Ada beberapa cara untuk itu. Kalau takut masuk bui karena tertangkap korupsi, ngecu, maling dan merampok, bisa mencari cara yang lebih aman. Misal dengan mencari pesugihan. Tapi cepat kaya dengan pesugihan, juga tak bisa dibilang aman. Kadang akibatnya malah lebih mengerikan! Sebab kebanyakan, harus meminta tumbal nyawa segala. Kalau ada yang tidak memakai tumbal, laku prihatin-nya juga tidak enteng. Puasanya melebihi orang bertapa. Begitulah yang sering terdengar di bursa pesugihan.

PULAU Jawa, terdapat banyak tempat pemberi pesugihan. Makam keramat, gua angker, pohon wingit, sendang ajaib, misalnya, sering dianggap jadi 'pemberi' harta. Masing-masing tempat, punya 'cara' dan syarat rata-rata hampir sama. Pandansigegek tak jauh dari Parangkusuma Jogyakarta, kondang jadi tempat cari pesugihan. Sejak zaman dulu, tempat itu dipercaya sebagai gudang tuyul pesugihan. Bisa dipungut salah satu, tapi dengan syarat tertentu.
Dusun Dlepih Kahyangan, Tirtomoyo, Wonogiri, ada semacam petilasan dari Panembahan Senopati yang juga jadi tumpuan para pencari pesugihan. Petilasan itu hingga kini dibanjiri peziarah dari berbagai daerah. Begitu pula Pantai Slamaran, Pekalongan dan Pemandian Kera Mendit, Malang Jawa Timur.
Tapi tempat mencari pesugihan yang paling kondang di Indonesia adalah Gunung Kawi! Begitu populernya tempat ngalab berkah ini, maka peziarahnya datang dari seantero Nusantara.
Ada ilmu pesugihan yang dikenal dengan 'babi ngepet'. Di Jawa Timur, biasa disebut 'celeng kresek'. Untuk menggasak harta tetangga, si pelaku minta bantuan celeng jadi-jadian. Biasa beroperasi siang malam. Tapi risikonya juga berat. Kalau tertangkap penduduk bisa digebuki hingga tewas. Si pemilik juga ikut-ikutan njedhut.
Ada cerita menarik tentang pesugihan 'celeng kresek' dialami warga Jawa Timur. Pak Sarno (sebut saja begitu), semula hidup sederhana bersama keluarga. Beberapa lama, dia jarang kelihatan berada di tengah masyarakat.
Tanpa diawali cerita ini-itu, Pak Sarno lalu membuka usaha warung soto. Dalam tempo relatif singkat, sotonya laris. Warung jadi gede dan tambah laris manis. Tapi Pak Sarno tetap jarang bergaul di tengah masyarakat.
Lalu muncul rumor negatif tentang kehidupannya. Isu paling santer, Pak Sarno cepat kaya karena memelihara pesugihan 'celeng kresek'. Kalau semula hanya satu dua yang percaya, lalu berubah makin banyak. Untuk meyakini rumor itu, beberapa orang bertanya kepada salah satu 'orang pintar' yang juga warga setempat. Setelah diterawang dengan 'mata batin', dukun itu pun mengiyakan. Terang saja warga lalu waspada.
Suatu kali ada warga memergoki ada 'celeng' masuk desa. Kemudian, bukan sekali dua kejadian itu. Eh, malah ada yang mengatakan, 'celeng'-nya selalu menghilang di rumah Pak Sarno. Nahas pun menimpa. 'Celeng kresek' itu bisa ditangkap ramai-ramai. Terang saja langsung dicacah-cacah. Bahkan dibakar pula. Menariknya, bersamaan dengan itu, Pak Sarno kelimpungan di rumah dan mati tak lama kemudian. Tubuhnya pun hangus.
Setelah dirunut lebih jauh, Pak Sarno ditengarai mencari pesugihan di daerah Watudodol. Terletak di kawasan hutan lindung antara Banyuwangi dengan Situbondo Jawa Timur. Siapa saja bisa mendapat pesugihan 'celeng kresek' di situ. Tapi harus kuat puasa ngebleng selama tiga hari di Watudodol.
Sesajinya berupa kembang telon, minyak wangi dan secawan darah ayam cemani. Kemudian ditaruh di bawah sebuah pohon paling besar terdapat di situ.
Setelah dibacakan mantera panggilan. Ada orang yang bisa membantu baca mantera di sekitar itu. Kalau doanya terkabul, celeng gaib itu akan muncul. Setelah berlangsung 'dialog' apa yang dikehendaki, ambillah air liurnya.
Di rumah, air liur dibasuhkan pada anak belum mencapai akhil baliq. Anak siapa pun bisa. Tak lama, anak itu akan meninggal sebagai lebon (tumbal).

Cerita Penganut Pesugihan

Bila sedang jatuh pailit, kemudian dililit banyak utang, bisa membuat seseorang gelap mata. Apalagi bila iman sedang goyah. Agar tidak jatuh lebih lagi, lalu mencari jalan pintas untuk memecahkan persoalan.
Ada beberapa cara untuk itu. Kalau takut masuk bui karena tertangkap korupsi, ngecu, maling dan merampok, bisa mencari cara yang lebih aman. Misal dengan mencari pesugihan. Tapi cepat kaya dengan pesugihan, juga tak bisa dibilang aman. Kadang akibatnya malah lebih mengerikan! Sebab kebanyakan, harus meminta tumbal nyawa segala. Kalau ada yang tidak memakai tumbal, laku prihatin-nya juga tidak enteng. Puasanya melebihi orang bertapa. Begitulah yang sering terdengar di bursa pesugihan.

PULAU Jawa, terdapat banyak tempat pemberi pesugihan. Makam keramat, gua angker, pohon wingit, sendang ajaib, misalnya, sering dianggap jadi 'pemberi' harta. Masing-masing tempat, punya 'cara' dan syarat rata-rata hampir sama. Pandansigegek tak jauh dari Parangkusuma Jogyakarta, kondang jadi tempat cari pesugihan. Sejak zaman dulu, tempat itu dipercaya sebagai gudang tuyul pesugihan. Bisa dipungut salah satu, tapi dengan syarat tertentu.
Dusun Dlepih Kahyangan, Tirtomoyo, Wonogiri, ada semacam petilasan dari Panembahan Senopati yang juga jadi tumpuan para pencari pesugihan. Petilasan itu hingga kini dibanjiri peziarah dari berbagai daerah. Begitu pula Pantai Slamaran, Pekalongan dan Pemandian Kera Mendit, Malang Jawa Timur.
Tapi tempat mencari pesugihan yang paling kondang di Indonesia adalah Gunung Kawi! Begitu populernya tempat ngalab berkah ini, maka peziarahnya datang dari seantero Nusantara.
Ada ilmu pesugihan yang dikenal dengan 'babi ngepet'. Di Jawa Timur, biasa disebut 'celeng kresek'. Untuk menggasak harta tetangga, si pelaku minta bantuan celeng jadi-jadian. Biasa beroperasi siang malam. Tapi risikonya juga berat. Kalau tertangkap penduduk bisa digebuki hingga tewas. Si pemilik juga ikut-ikutan njedhut.
Ada cerita menarik tentang pesugihan 'celeng kresek' dialami warga Jawa Timur. Pak Sarno (sebut saja begitu), semula hidup sederhana bersama keluarga. Beberapa lama, dia jarang kelihatan berada di tengah masyarakat.
Tanpa diawali cerita ini-itu, Pak Sarno lalu membuka usaha warung soto. Dalam tempo relatif singkat, sotonya laris. Warung jadi gede dan tambah laris manis. Tapi Pak Sarno tetap jarang bergaul di tengah masyarakat.
Lalu muncul rumor negatif tentang kehidupannya. Isu paling santer, Pak Sarno cepat kaya karena memelihara pesugihan 'celeng kresek'. Kalau semula hanya satu dua yang percaya, lalu berubah makin banyak. Untuk meyakini rumor itu, beberapa orang bertanya kepada salah satu 'orang pintar' yang juga warga setempat. Setelah diterawang dengan 'mata batin', dukun itu pun mengiyakan. Terang saja warga lalu waspada.
Suatu kali ada warga memergoki ada 'celeng' masuk desa. Kemudian, bukan sekali dua kejadian itu. Eh, malah ada yang mengatakan, 'celeng'-nya selalu menghilang di rumah Pak Sarno. Nahas pun menimpa. 'Celeng kresek' itu bisa ditangkap ramai-ramai. Terang saja langsung dicacah-cacah. Bahkan dibakar pula. Menariknya, bersamaan dengan itu, Pak Sarno kelimpungan di rumah dan mati tak lama kemudian. Tubuhnya pun hangus.
Setelah dirunut lebih jauh, Pak Sarno ditengarai mencari pesugihan di daerah Watudodol. Terletak di kawasan hutan lindung antara Banyuwangi dengan Situbondo Jawa Timur. Siapa saja bisa mendapat pesugihan 'celeng kresek' di situ. Tapi harus kuat puasa ngebleng selama tiga hari di Watudodol.
Sesajinya berupa kembang telon, minyak wangi dan secawan darah ayam cemani. Kemudian ditaruh di bawah sebuah pohon paling besar terdapat di situ.
Setelah dibacakan mantera panggilan. Ada orang yang bisa membantu baca mantera di sekitar itu. Kalau doanya terkabul, celeng gaib itu akan muncul. Setelah berlangsung 'dialog' apa yang dikehendaki, ambillah air liurnya.
Di rumah, air liur dibasuhkan pada anak belum mencapai akhil baliq. Anak siapa pun bisa. Tak lama, anak itu akan meninggal sebagai lebon (tumbal).

AJIAN BUTO IJO

Perlahan – lahan jasad Ningrum yang di bungkus kain putih diturnkan ke liang
lahat. Para pelayat memandang dengan tatapan pilu. Tapi tidak demikian dengan Mbah
Santo, laki – laki tua yang sering bertingkah aneh itu Cuma geleng – geleng kepala sambil
berguman dengan nada tidak jelas.
“ Gawat. . . gawat!” geragap Mbah Santo berulang – ulang sambil mencermati
bungkusan kain putih yang mulai dilepas dari ikatanya.

Apa yang terjadi? Rupanya, dimata Mbah Santo, yang ada di dalam bungkusan kain
putih itu bukanlah jasad Ningrum, melainkan hanyalah sebatang pohon pisang atau gedebog.
Ningrum yang kembang desa itu, meninggal setelah menderita sakit beberapa
minggu. Tidak ada yang tahu apa penyakit yang dideritanya. Menurut kabar burung yang
beredar, dia meninggal karena mengidap penyakit AIDS, karena sudah bukan rahasia lagi
kalau gadis cantik bertubuh sinal itu bekerja dikota sebagai wanita penghibur atau kupu –
kupu malam.
“ Kasihan Ningrum, dia masih muda tapi harus mati dengan cara yang
mengenaskan,” cetus salah seorang pelayat setelah lubang kubur tempat peristirahatan
terakhir Ningrum ditutupi dengan tanah.
Setelah upacara pemakaman Ningrum selesai, satu persatu para pelayat mulai
meninggalkan kuburan. Tapi tidak dengan Mbah Santo. Laki – laki tua itu masih berada di
tempatnya sambil menatap gundukan tanah merah yang berhiaskan batu nisan dan taburan
bunga tujuh rupa.
“ Gawat, kampung ini akan banjir darah!” guman Mbah Santo. Kemudian setelah
diam sejenak, laki – laki tua itu mengambil segenggam tanah merah dari pusara Ningrum dan
pulang dengan wajah diliputi kegelisahan.
Tidak ada yang tahu apa yang dipikirkan dan akan dilakukan oleh Mbah Santo. Tapi
yang jelas, setelah setelah pemakaman Ningrum, malam harinya awan tebal menyelimuti
langit disertai kilatan halilintar. Tapi anehnya, meski langit berselimut mendung di angkasa,
namun hujan tidak turun – turun. Tentu saja keanehan alam ini membuat orang bertanya –
tanya.
“ Aneh, meski mendung tebal dan sejak tadi petir terus menerus menyambar, tapi
hujan masih belum turun – turun juga,” cetus Roy yang malm itu ngobrol dengan teman –
temanya di pos kampling.
“ Benar, malam ini memang kelihatan aneh tidak seperti malam – malam biasanya.”
Sambung Takim.
“ Jangan – jangan ini ada hubunganya dengan kematian Ningrum!” sahut Kacung
tiba – tiba dengan suara agak keras sehingga membuat yang lainnya jadi tersentak.
“ Cung, kamu kalau bicara jangan ngawur!” celetuk Takim, mengingatkan.
“ Aku tidak ngawur. Aku hanya takut apa yang dikatakan Mbah Santo akan jadi
kenyataan. “
“ Memangya apa yang dikatakan orang tua itu?
“ Aku sempat mendengar, dia bilang kampong kita akan banjir darah,” jelas kacung
dengan suara bergetar.
Mendengar jawaban Kacung, semua langsung terdiam. Mereka saling
berpandangan. Ada perasaan tidak enak yang tiba – tiba menghinggapi hati mereka. Meski
mereka tahu otak Mbah Santo kurang waras, namun anehnya justru itulah yang membuat
sebagian antara mereka merasa yakin apa yang dikatakan Mbah Santo akan jadi kenyataan.
Karena tidak ingin sesuatu yang buruk menimpa mereka, seperti dikomando para
pemuda itu segera pulang ke rumah masing – masing. Mereka benar - benar takut apa yang
dikatakan Mbah Santo jadi kenyataan. Padahal mereka belum tahu apa yang dimaksud banjir
darah oleh Mbah Santo. Tapi dihati mereka sudah berselit bahwa banjir darah adalah
kematian. Dan mala mini seakan mereka sudah mencium bau kematian.
***************
Malam beranjak semakin gelap. Langit hitam pekat seperti lautan jelaga. Di
angkasa petir bagaikan lidah naga yang menyambar – nyambar dengan ganas deisertai
hembusan angin kencang.
Sementara orang – orang sudah tertidur lelap di ranjang masing – masing,
disebuah gubug reyot yang terletak agak jauh dari rumah penduduk, Mbah Santo sedang
duduk bersemedi di dalam kamarnya. Wajah lelaki tua Nampak tenang, dia sedang berusaha
memusatkan segenap panca indranya pada satu titik di mana dia akan mendapat kejelasan
atas sesuatu yang telah membuat hatinya gelisah.
Keesokan harinya, ketika fajar mulai merebak di ufuk timur, Mbah Santo pergi
kerumah Takim. Tentu saja pemuda yang semalam sempat dicekam rasa takut itu jadi
terkejut melihat kedatangan Mbah Santo.
“ Ada apa Mbah?” Tanya Takim sambil mengusap –usap matanya karena
semalam kurang tidur.
“Kim, apa kamu pernah melihat Ningrum telanjang?” ujur Mbah Santo balik
bertanya pada Takim?
Takim jadi terkejut mendengar partanyaan Mbah Santo yang tidak terduga itu.
Ternyata orang tua itu tidak hanya otaknya saja yang kurang waras tetapi juga kurang ajar,
pikir Takim.
“ Mbah Santo kalau bicara yang baik dan jangan begitu,” ujur Takim.
“ Aku ini serius, Kim. Kalau kamu pernah melihat Ningrum telanjang, tentunya
kamu pernah lihat noda kehitaman sebesar uang logam lima puluhandi bawah pusar atau
belahan buah dada Ningrum. Kalau kamu pernah lihat tanda seperti itu, tolong beri tahu aku.
Karena itu merupakan tanda Ajian Buto Ijo.”
Setelah menjelaskan panjang lebar apa itu Ajian Buto Ijo, kemudian dengan
tergesa – gesa Mbah Santo pulang. Dan Takim hanya berbengong – bengong memandang
keergian Mbah Santo. Baru kali ini dia melihat orang tua itu kelihatan waras meski apa yang
dikatakanya tidak masuk akal.
Sepeninggal Mbah Santo, Takim jadi gelisah. Dia memang tidak pernah melihat
Ningrum dalam keadaan telanjang bulat, tapi dia pernah melihat gadis itu mengenakan baju
tipis yang tembus pandang. Dan dibalik gaun itu dia sempat melihat noda kehitaman sebesar
uang logam lima puluhan dibelahan buah dada Ningrum. Apakah noda kehitaman di belahan
dadanya yang menghitam sebesar telapak orang dewasa.
Takim benar – benar gelisah mendengar percakapan ibu dan tetangganya itu.
Kalau yang dikatakan tetangganya itu benar, berarti apa yang dikatakan Mbah Santo juga
benar.
“ Ajian Buto Ijo itu biasanya digunakan oleh perempuan nakal. Ajain ini
digunakan orang supaya kuat berhubungan di tempat tidur sekaligus sebagai pemikat dan
mencari pasugihan. Orang yang mempunyai Ajian Buto Ijo biasanya tidak berumur panjang,
karena itu memang sudah perjanjianya. Dan bila orang itu sudah mati, maka rajah hitam di
bawah pusar atau belahan buah dadanya akan mengembang ke seluruh tubuhnya, kemudian
orang tua itu akan bangkit dari kuburanya menjadi Buto Ijo yang siap menyebar petaka,”
begitu tutur Mbah Santo yang masih diinat jelas oleh Takim.
Karena tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi dikampungnya, malam itu juga
Takmim ke rumah Mbah Santo. Beberapa teman mengajak ngobrol di pos kampling ditolak.
Bahkan ketika dia ditertawakan karena memberi tahu maksud kedatanganya kerumah Mbah
Santo, Takim juga tidak peduli.
Sampai dirumah Mbah Santo, Takim langsung menceritakan apa yang dilihat
dan yang didenggarnya engenai noda hitam di bawah pusar dan belahan buah dada Ningrum.
Mendengar cerita Takim wajah Mbah Santo langusng tegang seperti disengat arus listrik
tagangan tinggi.
“ Gawat, kalai terlambat kampung ini bisa banjir darah!” kata Mbah Santo lalu
segera mengambil tanah kuburan yang dulu diambil dari pusara Ningrum. “ Kim, kita harus
cepat pergi sebelum ada korban,” ajaknya sambil menyeret tangan Takim.
Baru saja Mbah Santo dan Takim keluar rumah, mereka mendengar suara
teriakan dari arah utara kampung. Dan beberapa saat kemudian mereka melihat orang –
orang berlarian seperti di kejar hantu.
“ Ada apa ini? Tanya Mbah Santo pada seseorang yang hampir saja
menabraknya.
“ Anu, Mbah . . . ada makhluk aneh seperti orang gila sedang mengamuk.
Beberapa orang yang tertangkap langsung dicekik!” jawab orang itu dengan wajah pucat dan
suara terbata – bata karena dicekam rasa takut.
“ Celaka dia sudah jadi Buto Ijo!” seru Mbah Santo setengah mengeluh.
Benar apa yng dikatakan Mbah Santo. Ditengah kampung Nampak makhluk
hitam tinggi besar dengan muka kehijauan sedang mengobark – abrik rumah penduduk.
Melihat kehadiran Mbah Santo dan Takim, makhluk tinggi besar yang oleh Mbah Santo
disebut Buto Ijo itu langsung menyerang.
“ Awas mundur, Kim!” teriak Mbah Santo mengingatkan. Kemudiam Mbah
Santo dengan cepat menyiramkan tanah kubur yang dibawanya kea rah makhluk itu.
Makhluk tinggi besar itu menjerit kesakitan dan tubuhnya mengeluarkan asap seperti
terbakar.
“ Ayo kembali ke asalmu!” seru Mbah Santo sambil terus menyiram makhluk itu
dengan tanah kuburan.
Makhluk itu jatuh bergulingan di tanah dan akhirnya diam tidak bergerak lagi.
Tubunhya yang hitam bersisik perlahan – lahan mengelupas dan kemudian berubah menjadi
sosok gadis cantik dengan wajah dan kulit yang sudah memucat.
“Ningrum!” seru beberapa orang yang menyaksikan keanehan itu, hampir
bersamaan.
“ Sebaiknya jasad Ningrum segera kita rawat dan besok kita makamkan
kembali!” kata Mbah Santo.
Keesokan harinya ketika kuburan Ningrum dibongkar dan jasad Ningrum
dibongkar dan jasad Ningrum di makamkan kembali, orang – orang terkejut karena di dalam
kuburan Ningrum hanya ada sebatang pohon pisang yang dibungkus kain kafan. Mereka
seakan – akan tidak percaya kalau yang dimakamkan dulu itu bukanlah jasad Ningrum
melainkan hanyalah sebatang gedebog.

AJIAN BUTO IJO

Perlahan – lahan jasad Ningrum yang di bungkus kain putih diturnkan ke liang
lahat. Para pelayat memandang dengan tatapan pilu. Tapi tidak demikian dengan Mbah
Santo, laki – laki tua yang sering bertingkah aneh itu Cuma geleng – geleng kepala sambil
berguman dengan nada tidak jelas.
“ Gawat. . . gawat!” geragap Mbah Santo berulang – ulang sambil mencermati
bungkusan kain putih yang mulai dilepas dari ikatanya.

Apa yang terjadi? Rupanya, dimata Mbah Santo, yang ada di dalam bungkusan kain
putih itu bukanlah jasad Ningrum, melainkan hanyalah sebatang pohon pisang atau gedebog.
Ningrum yang kembang desa itu, meninggal setelah menderita sakit beberapa
minggu. Tidak ada yang tahu apa penyakit yang dideritanya. Menurut kabar burung yang
beredar, dia meninggal karena mengidap penyakit AIDS, karena sudah bukan rahasia lagi
kalau gadis cantik bertubuh sinal itu bekerja dikota sebagai wanita penghibur atau kupu –
kupu malam.
“ Kasihan Ningrum, dia masih muda tapi harus mati dengan cara yang
mengenaskan,” cetus salah seorang pelayat setelah lubang kubur tempat peristirahatan
terakhir Ningrum ditutupi dengan tanah.
Setelah upacara pemakaman Ningrum selesai, satu persatu para pelayat mulai
meninggalkan kuburan. Tapi tidak dengan Mbah Santo. Laki – laki tua itu masih berada di
tempatnya sambil menatap gundukan tanah merah yang berhiaskan batu nisan dan taburan
bunga tujuh rupa.
“ Gawat, kampung ini akan banjir darah!” guman Mbah Santo. Kemudian setelah
diam sejenak, laki – laki tua itu mengambil segenggam tanah merah dari pusara Ningrum dan
pulang dengan wajah diliputi kegelisahan.
Tidak ada yang tahu apa yang dipikirkan dan akan dilakukan oleh Mbah Santo. Tapi
yang jelas, setelah setelah pemakaman Ningrum, malam harinya awan tebal menyelimuti
langit disertai kilatan halilintar. Tapi anehnya, meski langit berselimut mendung di angkasa,
namun hujan tidak turun – turun. Tentu saja keanehan alam ini membuat orang bertanya –
tanya.
“ Aneh, meski mendung tebal dan sejak tadi petir terus menerus menyambar, tapi
hujan masih belum turun – turun juga,” cetus Roy yang malm itu ngobrol dengan teman –
temanya di pos kampling.
“ Benar, malam ini memang kelihatan aneh tidak seperti malam – malam biasanya.”
Sambung Takim.
“ Jangan – jangan ini ada hubunganya dengan kematian Ningrum!” sahut Kacung
tiba – tiba dengan suara agak keras sehingga membuat yang lainnya jadi tersentak.
“ Cung, kamu kalau bicara jangan ngawur!” celetuk Takim, mengingatkan.
“ Aku tidak ngawur. Aku hanya takut apa yang dikatakan Mbah Santo akan jadi
kenyataan. “
“ Memangya apa yang dikatakan orang tua itu?
“ Aku sempat mendengar, dia bilang kampong kita akan banjir darah,” jelas kacung
dengan suara bergetar.
Mendengar jawaban Kacung, semua langsung terdiam. Mereka saling
berpandangan. Ada perasaan tidak enak yang tiba – tiba menghinggapi hati mereka. Meski
mereka tahu otak Mbah Santo kurang waras, namun anehnya justru itulah yang membuat
sebagian antara mereka merasa yakin apa yang dikatakan Mbah Santo akan jadi kenyataan.
Karena tidak ingin sesuatu yang buruk menimpa mereka, seperti dikomando para
pemuda itu segera pulang ke rumah masing – masing. Mereka benar - benar takut apa yang
dikatakan Mbah Santo jadi kenyataan. Padahal mereka belum tahu apa yang dimaksud banjir
darah oleh Mbah Santo. Tapi dihati mereka sudah berselit bahwa banjir darah adalah
kematian. Dan mala mini seakan mereka sudah mencium bau kematian.
***************
Malam beranjak semakin gelap. Langit hitam pekat seperti lautan jelaga. Di
angkasa petir bagaikan lidah naga yang menyambar – nyambar dengan ganas deisertai
hembusan angin kencang.
Sementara orang – orang sudah tertidur lelap di ranjang masing – masing,
disebuah gubug reyot yang terletak agak jauh dari rumah penduduk, Mbah Santo sedang
duduk bersemedi di dalam kamarnya. Wajah lelaki tua Nampak tenang, dia sedang berusaha
memusatkan segenap panca indranya pada satu titik di mana dia akan mendapat kejelasan
atas sesuatu yang telah membuat hatinya gelisah.
Keesokan harinya, ketika fajar mulai merebak di ufuk timur, Mbah Santo pergi
kerumah Takim. Tentu saja pemuda yang semalam sempat dicekam rasa takut itu jadi
terkejut melihat kedatangan Mbah Santo.
“ Ada apa Mbah?” Tanya Takim sambil mengusap –usap matanya karena
semalam kurang tidur.
“Kim, apa kamu pernah melihat Ningrum telanjang?” ujur Mbah Santo balik
bertanya pada Takim?
Takim jadi terkejut mendengar partanyaan Mbah Santo yang tidak terduga itu.
Ternyata orang tua itu tidak hanya otaknya saja yang kurang waras tetapi juga kurang ajar,
pikir Takim.
“ Mbah Santo kalau bicara yang baik dan jangan begitu,” ujur Takim.
“ Aku ini serius, Kim. Kalau kamu pernah melihat Ningrum telanjang, tentunya
kamu pernah lihat noda kehitaman sebesar uang logam lima puluhandi bawah pusar atau
belahan buah dada Ningrum. Kalau kamu pernah lihat tanda seperti itu, tolong beri tahu aku.
Karena itu merupakan tanda Ajian Buto Ijo.”
Setelah menjelaskan panjang lebar apa itu Ajian Buto Ijo, kemudian dengan
tergesa – gesa Mbah Santo pulang. Dan Takim hanya berbengong – bengong memandang
keergian Mbah Santo. Baru kali ini dia melihat orang tua itu kelihatan waras meski apa yang
dikatakanya tidak masuk akal.
Sepeninggal Mbah Santo, Takim jadi gelisah. Dia memang tidak pernah melihat
Ningrum dalam keadaan telanjang bulat, tapi dia pernah melihat gadis itu mengenakan baju
tipis yang tembus pandang. Dan dibalik gaun itu dia sempat melihat noda kehitaman sebesar
uang logam lima puluhan dibelahan buah dada Ningrum. Apakah noda kehitaman di belahan
dadanya yang menghitam sebesar telapak orang dewasa.
Takim benar – benar gelisah mendengar percakapan ibu dan tetangganya itu.
Kalau yang dikatakan tetangganya itu benar, berarti apa yang dikatakan Mbah Santo juga
benar.
“ Ajian Buto Ijo itu biasanya digunakan oleh perempuan nakal. Ajain ini
digunakan orang supaya kuat berhubungan di tempat tidur sekaligus sebagai pemikat dan
mencari pasugihan. Orang yang mempunyai Ajian Buto Ijo biasanya tidak berumur panjang,
karena itu memang sudah perjanjianya. Dan bila orang itu sudah mati, maka rajah hitam di
bawah pusar atau belahan buah dadanya akan mengembang ke seluruh tubuhnya, kemudian
orang tua itu akan bangkit dari kuburanya menjadi Buto Ijo yang siap menyebar petaka,”
begitu tutur Mbah Santo yang masih diinat jelas oleh Takim.
Karena tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi dikampungnya, malam itu juga
Takmim ke rumah Mbah Santo. Beberapa teman mengajak ngobrol di pos kampling ditolak.
Bahkan ketika dia ditertawakan karena memberi tahu maksud kedatanganya kerumah Mbah
Santo, Takim juga tidak peduli.
Sampai dirumah Mbah Santo, Takim langsung menceritakan apa yang dilihat
dan yang didenggarnya engenai noda hitam di bawah pusar dan belahan buah dada Ningrum.
Mendengar cerita Takim wajah Mbah Santo langusng tegang seperti disengat arus listrik
tagangan tinggi.
“ Gawat, kalai terlambat kampung ini bisa banjir darah!” kata Mbah Santo lalu
segera mengambil tanah kuburan yang dulu diambil dari pusara Ningrum. “ Kim, kita harus
cepat pergi sebelum ada korban,” ajaknya sambil menyeret tangan Takim.
Baru saja Mbah Santo dan Takim keluar rumah, mereka mendengar suara
teriakan dari arah utara kampung. Dan beberapa saat kemudian mereka melihat orang –
orang berlarian seperti di kejar hantu.
“ Ada apa ini? Tanya Mbah Santo pada seseorang yang hampir saja
menabraknya.
“ Anu, Mbah . . . ada makhluk aneh seperti orang gila sedang mengamuk.
Beberapa orang yang tertangkap langsung dicekik!” jawab orang itu dengan wajah pucat dan
suara terbata – bata karena dicekam rasa takut.
“ Celaka dia sudah jadi Buto Ijo!” seru Mbah Santo setengah mengeluh.
Benar apa yng dikatakan Mbah Santo. Ditengah kampung Nampak makhluk
hitam tinggi besar dengan muka kehijauan sedang mengobark – abrik rumah penduduk.
Melihat kehadiran Mbah Santo dan Takim, makhluk tinggi besar yang oleh Mbah Santo
disebut Buto Ijo itu langsung menyerang.
“ Awas mundur, Kim!” teriak Mbah Santo mengingatkan. Kemudiam Mbah
Santo dengan cepat menyiramkan tanah kubur yang dibawanya kea rah makhluk itu.
Makhluk tinggi besar itu menjerit kesakitan dan tubuhnya mengeluarkan asap seperti
terbakar.
“ Ayo kembali ke asalmu!” seru Mbah Santo sambil terus menyiram makhluk itu
dengan tanah kuburan.
Makhluk itu jatuh bergulingan di tanah dan akhirnya diam tidak bergerak lagi.
Tubunhya yang hitam bersisik perlahan – lahan mengelupas dan kemudian berubah menjadi
sosok gadis cantik dengan wajah dan kulit yang sudah memucat.
“Ningrum!” seru beberapa orang yang menyaksikan keanehan itu, hampir
bersamaan.
“ Sebaiknya jasad Ningrum segera kita rawat dan besok kita makamkan
kembali!” kata Mbah Santo.
Keesokan harinya ketika kuburan Ningrum dibongkar dan jasad Ningrum
dibongkar dan jasad Ningrum di makamkan kembali, orang – orang terkejut karena di dalam
kuburan Ningrum hanya ada sebatang pohon pisang yang dibungkus kain kafan. Mereka
seakan – akan tidak percaya kalau yang dimakamkan dulu itu bukanlah jasad Ningrum
melainkan hanyalah sebatang gedebog.

PESUGIHAN NYAI SOBRAH

Adalah sebuah cerita misteri, cerita serem yang membuat mrinding. Sebut saja tarmiyem seorang ibu muda dari desa tengger, dua tahun lalu hidupnya baik-baik saja, nyaman, tentram dan bahagia bersama suami dan satu orang anaknya, namun itu semua tidaklah lama bertahan, pada hari kamis pon, saat petang dan matahari enggan menampakan sinarnya lagi, muncul berita yang membuat ibu satu orang anak ini gelisah.
Dia dikabari salah seorang keluarganya kalau ayahnya sedang sekarat dirumah sakit. Kemudian esoknya termiyem pergi kerumah sakit. Setelah menempuh perjalanan sekitar 3 jam melewati jalan aspal bebatuan yang terjal dan sedikit rusak akhirnya dia sampai dirumah sakit ibu pertiwi, tepatnya di kamar mawar no 4. sungguh keadaan ayahnya sangat parah mau mati pun susah sekali, entah apa yang terjadi pada beliau seperti ada yang mengganjal kematiannya.

cerita misteri
Tarmiyem pun hanya bisa terdiam dan bertanya-tanya dalam hati apakah gerangan yang terjadi pada ayah yang disayanginya itu. Sampai pada akhirnya salah seorang paman tarmiyem bercerita mengapa ayahnya sulit sekali meninggal. Sukarjo 52 tahun merupakan paman tarmiyem dari keluarga bapaknya, ia bercerita 35 tahun yang lalu saat masih muda ayah tarmiyem adalah seorang lelaki yang gemar mencari ilmu kanuragan, sering menyepi dan puasa mutih, sudah banyak tempat-tempat angker, wingit dan keramat yang ia datangi sampai pada akhirnya ia bertemu seorang guru kanuragan yang linuwih dan memberinya sebuah pusaka berupa wayang golek yang berwujud wanita cantik. Pusaka itu bernama wayang nyai sobrah dan dikenal sebagai sosok lelembut atau makhluk halus yang berpower tinggi, ada sebuah cerita misteri, bahwapemegang pusaka tersebut tidak akan hidup miskin oleh karena itu kemudian dikenal sebagai pesugihan nyai sobrah.


Diduga ayah nya sekarat dan sulit meninggal lantaran belum mewariskan pusaka tersebut. Banyak saudara tarmiyem yang ditawari supaya menjadi pewaris pusaka tersebut namun tidak ada yang cocok sampai pada akhirnya tarmiyem ditawari pusaka tersebut. Pada awalnya tarmiyem tidak mau menerimanya lantaran takut tetapi pada akhirnya dia mau karena tidak tega melihat kondisi ayah nya yang setengah mati itu. Sesaat setelah bersedia menerima ilmu tersebut dia diberi pusaka wayang untuk kemudian dibawa pulang dan disimpan. Ternyata dugaan mereka memang benar, 2 hari setelah mewariskan pusaka terkutuk tersbut ayah tarmiyem meninggal dunia. Namu apa yang terjadi dengan tarmiyem, dua bualan lebih tiga hari, tarmiyem memegang pusaka tersebut. Tanpa diduaga usaha tarmiyem berkembang pesat bahkan diapun sudah mulai mendirikan usaha seperti mini market. Namun musibah besar pun datang ditengah kesuksesannya suami tarmiyem mengalami kecelakaan saat pulang dari mini market miliknya dan mengalami kelumpuhan. Tarmiyempun hanya bisa pasrah dia menjalani hari-harinya seperti biasa. Namun lima bulan kemudian tarmiyem mulai merasakan perubahan yang aneh dalam dirinya dia merasakan ada getaran libido, hasrat sexual yang meningkat, terkadang tubuhnya merasa sangat panas, gelisah dan menggeliat-geliat, nafsu sexual itupun menggerogoti iman dan hatinya yang rapuh sampai pada akhirnya dia terjerumus dalam lubang kenistaan. Karena dia tidak dapat menyalurkan hasrat dengan suaminya, dia menyalurkan hasrat sexualnya itu diluar, dia mengatakan bahwa apabila hasratnya sedang memuncak bahkan 3 orang lelakipun belum cukup untuk memuaskannya, biasanya dia bercinta dengan lima orang lelaki sekaligus atau lebih, sekarang dia ibrat sangkar dari berbagai burung dengan bentuk dan ukuran yang bermacam-macam. Saat nafsu setan itu datang dia hanya bisa pasrah terlentang menjadi mangsa beberapa lelaki.

Dia mengatakan apabila hasrat sexualnya tidak tersalurkan tubuhnya terasa sakit semua dan panas seperti terbakar hebat. Sesungguhnya dalam relung hati nuraninya yang terdalam tarmiyem ingin bertobat dan mengakhiri semuanya, dia ingin menjalani hari-harinya seperti dulu bersama suami dan anak yang ia sayangi. Kembali kepangkuan keluarga tercinta, ini adalah kisah nyata, berhati-hatilah saudaraku jadikanlah ini sebagai satu pelajaran yang berharga. Tetapkanlah hati pada sang penciptamu

PESUGIHAN NYAI SOBRAH

Adalah sebuah cerita misteri, cerita serem yang membuat mrinding. Sebut saja tarmiyem seorang ibu muda dari desa tengger, dua tahun lalu hidupnya baik-baik saja, nyaman, tentram dan bahagia bersama suami dan satu orang anaknya, namun itu semua tidaklah lama bertahan, pada hari kamis pon, saat petang dan matahari enggan menampakan sinarnya lagi, muncul berita yang membuat ibu satu orang anak ini gelisah.
Dia dikabari salah seorang keluarganya kalau ayahnya sedang sekarat dirumah sakit. Kemudian esoknya termiyem pergi kerumah sakit. Setelah menempuh perjalanan sekitar 3 jam melewati jalan aspal bebatuan yang terjal dan sedikit rusak akhirnya dia sampai dirumah sakit ibu pertiwi, tepatnya di kamar mawar no 4. sungguh keadaan ayahnya sangat parah mau mati pun susah sekali, entah apa yang terjadi pada beliau seperti ada yang mengganjal kematiannya.

cerita misteri
Tarmiyem pun hanya bisa terdiam dan bertanya-tanya dalam hati apakah gerangan yang terjadi pada ayah yang disayanginya itu. Sampai pada akhirnya salah seorang paman tarmiyem bercerita mengapa ayahnya sulit sekali meninggal. Sukarjo 52 tahun merupakan paman tarmiyem dari keluarga bapaknya, ia bercerita 35 tahun yang lalu saat masih muda ayah tarmiyem adalah seorang lelaki yang gemar mencari ilmu kanuragan, sering menyepi dan puasa mutih, sudah banyak tempat-tempat angker, wingit dan keramat yang ia datangi sampai pada akhirnya ia bertemu seorang guru kanuragan yang linuwih dan memberinya sebuah pusaka berupa wayang golek yang berwujud wanita cantik. Pusaka itu bernama wayang nyai sobrah dan dikenal sebagai sosok lelembut atau makhluk halus yang berpower tinggi, ada sebuah cerita misteri, bahwapemegang pusaka tersebut tidak akan hidup miskin oleh karena itu kemudian dikenal sebagai pesugihan nyai sobrah.


Diduga ayah nya sekarat dan sulit meninggal lantaran belum mewariskan pusaka tersebut. Banyak saudara tarmiyem yang ditawari supaya menjadi pewaris pusaka tersebut namun tidak ada yang cocok sampai pada akhirnya tarmiyem ditawari pusaka tersebut. Pada awalnya tarmiyem tidak mau menerimanya lantaran takut tetapi pada akhirnya dia mau karena tidak tega melihat kondisi ayah nya yang setengah mati itu. Sesaat setelah bersedia menerima ilmu tersebut dia diberi pusaka wayang untuk kemudian dibawa pulang dan disimpan. Ternyata dugaan mereka memang benar, 2 hari setelah mewariskan pusaka terkutuk tersbut ayah tarmiyem meninggal dunia. Namu apa yang terjadi dengan tarmiyem, dua bualan lebih tiga hari, tarmiyem memegang pusaka tersebut. Tanpa diduaga usaha tarmiyem berkembang pesat bahkan diapun sudah mulai mendirikan usaha seperti mini market. Namun musibah besar pun datang ditengah kesuksesannya suami tarmiyem mengalami kecelakaan saat pulang dari mini market miliknya dan mengalami kelumpuhan. Tarmiyempun hanya bisa pasrah dia menjalani hari-harinya seperti biasa. Namun lima bulan kemudian tarmiyem mulai merasakan perubahan yang aneh dalam dirinya dia merasakan ada getaran libido, hasrat sexual yang meningkat, terkadang tubuhnya merasa sangat panas, gelisah dan menggeliat-geliat, nafsu sexual itupun menggerogoti iman dan hatinya yang rapuh sampai pada akhirnya dia terjerumus dalam lubang kenistaan. Karena dia tidak dapat menyalurkan hasrat dengan suaminya, dia menyalurkan hasrat sexualnya itu diluar, dia mengatakan bahwa apabila hasratnya sedang memuncak bahkan 3 orang lelakipun belum cukup untuk memuaskannya, biasanya dia bercinta dengan lima orang lelaki sekaligus atau lebih, sekarang dia ibrat sangkar dari berbagai burung dengan bentuk dan ukuran yang bermacam-macam. Saat nafsu setan itu datang dia hanya bisa pasrah terlentang menjadi mangsa beberapa lelaki.

Dia mengatakan apabila hasrat sexualnya tidak tersalurkan tubuhnya terasa sakit semua dan panas seperti terbakar hebat. Sesungguhnya dalam relung hati nuraninya yang terdalam tarmiyem ingin bertobat dan mengakhiri semuanya, dia ingin menjalani hari-harinya seperti dulu bersama suami dan anak yang ia sayangi. Kembali kepangkuan keluarga tercinta, ini adalah kisah nyata, berhati-hatilah saudaraku jadikanlah ini sebagai satu pelajaran yang berharga. Tetapkanlah hati pada sang penciptamu

Hidup di Alam Pesugihan

Melongok alam maya tidak ubahnya melihat bingkai suram yang penuh tanda tanya.
Tidak ubah kisah dialami Sukarman –bukan nama sebenarnya—, seorang petualang ritual asal Jogjakarta. Suatu ketika dia mencari tempat pemujaan pesugihan di salah satu goa yang ada di Jogjakarta. Di tempat itu dia menemui juru kunci yang menjaga tempat keramat. Dia pun mengembara ke alam pemujaan pesugihan yang menyeramkan.
Alam kehidupan maya
yang gemerlap keindahan dan kemegahan membuat tidak sedikit orang yang terlena untuk menikmati. Tanpa meninggalkan dunia nyata sebagai tempat berpijak dan menampakkan keunggulannya, seseorang bisa berbuat apa saja asalkan mau diperbudak iblis. Menghamba setan, jin, dan sebangsanya hanya untuk mendapatkan kemewahan.
Sewaktu hidup di dunia bergelimang harta tidak terasakan kepedihan kelak di alam baka. Ketika ajal menjemput resiko sebagai imbalan yang dia perbuat dapat dirasakan demikian pedih. Seperti kisah misteri yang dialami Sukarman ini sewaktu ‘bertamasya’ ke alam maya, di sana dia kebetulan berkelana di alam pemuja setan sesudah mereka meninggal.
Dia demikian ngeri menyaksikan para pemuda setan seperti pesugihan itu, dianiaya demikian berat. Dipukuli, diinjak-injak, dan dibakar dalam sebuah tungku besar yang panas membara. Tidak sekedar itu, selama berada di alam baka orang-orang berhati tamak tersebut dihinakan di antara makhluk lain yang berada di alam maya.
Mereka tidak ubahnya kedibal-kedibal yang tidak berguna. Misalkan saja dijadikan tumpuan WC, tempat pijakan kaki, atau pilar pagar, yang dibiarkan kehujanan dan kepanasan.
Sukarman yang oleh juru kunci suatu tempat keramat di Parangtritis, telah mengalami berkeliling ke alam jin dan diajak melihat-lihat kehidupan dialam itu. Ternyata jin juga kehidupannya sama seperti manusia. Di sana kehidupannya juga beragam. Ada jin yang kaya raya dan memiliki banyak budak manusia yang keberadaanya sungguh menyedihkan, tapi ada juga jin miskin yang sedikit memiliki budak, bahkan ada yang sama sekali tidak memilikinya.
Manusia budak iblis itu, dari pandangan Sukarman pada umumnya bernasib sebagaimana terjadi awal mula sejarah perbudakan di dunia. Tubuh mereka kurus kering tinggal kulit pembungkus tulang, warna kulit hitam legam, dan apabila dalam suatu pekerjaan mendapat kesalahan tak urung mendapat deraan cambuk dari tuannya sehingga sekujur badannya mengeluarkan darah. Mereka bekerja tak mengenal waktu.
Dalam kisahnya, Sukarman hingga dapat berkelana ke alam maya ini berawal dari keinginannya untuk menjadi orang kaya. Dia sendiri kerjanya hanya kuli serabutan. Padahal, anaknya 3 dan semuanya butuh biaya. Sukarman sudah bulat tekadnya mencari kekayaan dengan jalan ‘nyaji’. Dia pun sudah berjanji segala resiko sudah siap dihadapi. Dengan tekad membatu, dia mendatangi sebuah tempat penyembahan paling terkenal di pulau Jawa tersebut.
Tiba dihadapan juru kunci, Sukarman menceritakan maksudnya, dengan resiko apapun ia sanggup menerima. Sang kuncen hanya tersenyum lalu memberikan wejangan. Pesannya, nanti kalau sudah sampai di tempat pemujaan (tempat untuk mengontak atau berkomunikasi dengan siluman, red) dilarang mengucap kalimat-kalimat Al-Quran. Jangankan mengucap kalimat, ingat kepada Tuhan saja tidak boleh. Ini akan menggagalkan semua maksud.
“Kalau sudah mulai masuk goa siluman, jangan mengenakan busana. Walau selembar benangpun tidak boleh ada yang melekat di tubuh. Anda harus telanjang bulat,” pesan pekuncen tersebut seperti diceritakan Sukarman. Pesan lainnya, selama menelusuri lorong goa yang gelap gulita, Sukarman dilarang tengok kanan kiri. Jalan pun harus menundukkan kepala.
Sungguh ajaib, lorong goa yang semula gelap gulita ternyata berangsur-angsur menjadi terang benderang. Di sekelilingnya terlihat beraneka macam batu pualam. Jalan tanah yang semula diinjak penuh bebatuan, berubah menjadi tumbuhan lumut hijau bak permadani begitu empuk. Makin ke dalam semakin terlihat keajaiban.
Ternyata lorong goa itu hanya merupakan jalan pintu masuk saja. Di dalamnya tampak suatu bangunan istana megah yang penuh dengan ukiran-ukiran candi yang luasnya tak terkirakan. “Inilah yang disebut alam pesugihan,” pekik Sukarman.
Namun, lebih ke dalam lagi Sukarman merasakan hawa yang sangat panas dan merasakan keangkeran tempat asing itu. Dia masih dituntun oleh juru kunci. Kemudian diajak meniti undakan bangunan. Tapi, alangkah terkejutnya, saat menginjakan kakinya, ternyata terasa empuk, begitu dilihat ternyata undakan itu terdiri dari tumpukan tubuh manusia yang mulutnya menyeringai kesakitan. Sukarman merinding. Tapi ia tak dapat berbuat apa-apa.
Selanjutnya, Sukarman dibimbing ke sebuah kolam yang ada jembatan penyeberangan. Tenyata jembatan itupun terdiri dari anyaman tubuh manusia. Mulai pilar hingga tiang-tiangnya semua terdiri dari tubuh manusia yang dipasak oleh bilahan bambu. Dari sekujur tubuh anyaman manusia itu mengucur darah segar yang tiada henti. Mengerikan sekali. Saat berada dalam suasana mencekam itu, tiba-tiba ada suara berat seseorang yang terdengar dari undakan jembatan yang diinjak.
“Hei manusia mengapa kamu datang kemari, maukah kamu kelak tersiksa seperti kami?” kata suara itu, serak. Sukarman makin gentar takut hatinya, merasakan kengerian yang tiada taranya. Sebelum melangkah lebih jauh, tiba-tiba dari arah sebelah kanan terlihat beberapa orang yang dijadikan tumpuan suatu bangunan berupa stupa yang menghiasi kolam.
Kolam itu airnya tidak lazim. Warnanya menyerupai darah dan menyebarkan bau amis. Manusia yang dijadikan tumpuan itu terlihat sedang menahan beban dan menahan sakit yang berkepanjangan.
Mereka menyeringai sedang sekujur tubuhnya mengeluarkan darah melalui pori-pori kulitnya. “Wahai anak muda mengapa kamu kemari, pulanglah kembali ketempatmu sebelum terlambat, jangan mengikuti jejak kami yang tersesat. Kami saat ini merasakan penyesalan, maka anak muda biarkanlah cuma kami yang menjadi korban,” ucap sosok manusia tersiksa itu.
Sukarman bergidik. Dia sadar alam yang dimasuki itu. Maka, sebelumnya oleh juru kunci memandikannya dengan kembang agar hatinya mantap, secepat itu hatinya meronta dan mengundurkan maksudnya dalam posisi 180 derajat. “Allahhu…akbar !,” pekiknya.
Begitu membalikkan badannya, ternyata semua yang terlihat secara ajaib hilang semua, yang ada hanya mulut goa yang berbatu-batu. Sukarman terus berlari keluar tak menghiraukan juru kunci yang mengantarnya. Begitu sampai di luar goa segera dia bersujud ke tanah menghadap kearah kiblat mengucap istigfar berulang-ulang dengan deraian air mata .”Ya Allah, ya Tuhanku. Ampunilah hambaMu ini, yang hampir saja tergiur bujukan iblis,” rintihnya dalam tangis. (cerita kiriman Hendry,  semarang)

Hidup di Alam Pesugihan

Melongok alam maya tidak ubahnya melihat bingkai suram yang penuh tanda tanya.
Tidak ubah kisah dialami Sukarman –bukan nama sebenarnya—, seorang petualang ritual asal Jogjakarta. Suatu ketika dia mencari tempat pemujaan pesugihan di salah satu goa yang ada di Jogjakarta. Di tempat itu dia menemui juru kunci yang menjaga tempat keramat. Dia pun mengembara ke alam pemujaan pesugihan yang menyeramkan.
Alam kehidupan maya
yang gemerlap keindahan dan kemegahan membuat tidak sedikit orang yang terlena untuk menikmati. Tanpa meninggalkan dunia nyata sebagai tempat berpijak dan menampakkan keunggulannya, seseorang bisa berbuat apa saja asalkan mau diperbudak iblis. Menghamba setan, jin, dan sebangsanya hanya untuk mendapatkan kemewahan.
Sewaktu hidup di dunia bergelimang harta tidak terasakan kepedihan kelak di alam baka. Ketika ajal menjemput resiko sebagai imbalan yang dia perbuat dapat dirasakan demikian pedih. Seperti kisah misteri yang dialami Sukarman ini sewaktu ‘bertamasya’ ke alam maya, di sana dia kebetulan berkelana di alam pemuja setan sesudah mereka meninggal.
Dia demikian ngeri menyaksikan para pemuda setan seperti pesugihan itu, dianiaya demikian berat. Dipukuli, diinjak-injak, dan dibakar dalam sebuah tungku besar yang panas membara. Tidak sekedar itu, selama berada di alam baka orang-orang berhati tamak tersebut dihinakan di antara makhluk lain yang berada di alam maya.
Mereka tidak ubahnya kedibal-kedibal yang tidak berguna. Misalkan saja dijadikan tumpuan WC, tempat pijakan kaki, atau pilar pagar, yang dibiarkan kehujanan dan kepanasan.
Sukarman yang oleh juru kunci suatu tempat keramat di Parangtritis, telah mengalami berkeliling ke alam jin dan diajak melihat-lihat kehidupan dialam itu. Ternyata jin juga kehidupannya sama seperti manusia. Di sana kehidupannya juga beragam. Ada jin yang kaya raya dan memiliki banyak budak manusia yang keberadaanya sungguh menyedihkan, tapi ada juga jin miskin yang sedikit memiliki budak, bahkan ada yang sama sekali tidak memilikinya.
Manusia budak iblis itu, dari pandangan Sukarman pada umumnya bernasib sebagaimana terjadi awal mula sejarah perbudakan di dunia. Tubuh mereka kurus kering tinggal kulit pembungkus tulang, warna kulit hitam legam, dan apabila dalam suatu pekerjaan mendapat kesalahan tak urung mendapat deraan cambuk dari tuannya sehingga sekujur badannya mengeluarkan darah. Mereka bekerja tak mengenal waktu.
Dalam kisahnya, Sukarman hingga dapat berkelana ke alam maya ini berawal dari keinginannya untuk menjadi orang kaya. Dia sendiri kerjanya hanya kuli serabutan. Padahal, anaknya 3 dan semuanya butuh biaya. Sukarman sudah bulat tekadnya mencari kekayaan dengan jalan ‘nyaji’. Dia pun sudah berjanji segala resiko sudah siap dihadapi. Dengan tekad membatu, dia mendatangi sebuah tempat penyembahan paling terkenal di pulau Jawa tersebut.
Tiba dihadapan juru kunci, Sukarman menceritakan maksudnya, dengan resiko apapun ia sanggup menerima. Sang kuncen hanya tersenyum lalu memberikan wejangan. Pesannya, nanti kalau sudah sampai di tempat pemujaan (tempat untuk mengontak atau berkomunikasi dengan siluman, red) dilarang mengucap kalimat-kalimat Al-Quran. Jangankan mengucap kalimat, ingat kepada Tuhan saja tidak boleh. Ini akan menggagalkan semua maksud.
“Kalau sudah mulai masuk goa siluman, jangan mengenakan busana. Walau selembar benangpun tidak boleh ada yang melekat di tubuh. Anda harus telanjang bulat,” pesan pekuncen tersebut seperti diceritakan Sukarman. Pesan lainnya, selama menelusuri lorong goa yang gelap gulita, Sukarman dilarang tengok kanan kiri. Jalan pun harus menundukkan kepala.
Sungguh ajaib, lorong goa yang semula gelap gulita ternyata berangsur-angsur menjadi terang benderang. Di sekelilingnya terlihat beraneka macam batu pualam. Jalan tanah yang semula diinjak penuh bebatuan, berubah menjadi tumbuhan lumut hijau bak permadani begitu empuk. Makin ke dalam semakin terlihat keajaiban.
Ternyata lorong goa itu hanya merupakan jalan pintu masuk saja. Di dalamnya tampak suatu bangunan istana megah yang penuh dengan ukiran-ukiran candi yang luasnya tak terkirakan. “Inilah yang disebut alam pesugihan,” pekik Sukarman.
Namun, lebih ke dalam lagi Sukarman merasakan hawa yang sangat panas dan merasakan keangkeran tempat asing itu. Dia masih dituntun oleh juru kunci. Kemudian diajak meniti undakan bangunan. Tapi, alangkah terkejutnya, saat menginjakan kakinya, ternyata terasa empuk, begitu dilihat ternyata undakan itu terdiri dari tumpukan tubuh manusia yang mulutnya menyeringai kesakitan. Sukarman merinding. Tapi ia tak dapat berbuat apa-apa.
Selanjutnya, Sukarman dibimbing ke sebuah kolam yang ada jembatan penyeberangan. Tenyata jembatan itupun terdiri dari anyaman tubuh manusia. Mulai pilar hingga tiang-tiangnya semua terdiri dari tubuh manusia yang dipasak oleh bilahan bambu. Dari sekujur tubuh anyaman manusia itu mengucur darah segar yang tiada henti. Mengerikan sekali. Saat berada dalam suasana mencekam itu, tiba-tiba ada suara berat seseorang yang terdengar dari undakan jembatan yang diinjak.
“Hei manusia mengapa kamu datang kemari, maukah kamu kelak tersiksa seperti kami?” kata suara itu, serak. Sukarman makin gentar takut hatinya, merasakan kengerian yang tiada taranya. Sebelum melangkah lebih jauh, tiba-tiba dari arah sebelah kanan terlihat beberapa orang yang dijadikan tumpuan suatu bangunan berupa stupa yang menghiasi kolam.
Kolam itu airnya tidak lazim. Warnanya menyerupai darah dan menyebarkan bau amis. Manusia yang dijadikan tumpuan itu terlihat sedang menahan beban dan menahan sakit yang berkepanjangan.
Mereka menyeringai sedang sekujur tubuhnya mengeluarkan darah melalui pori-pori kulitnya. “Wahai anak muda mengapa kamu kemari, pulanglah kembali ketempatmu sebelum terlambat, jangan mengikuti jejak kami yang tersesat. Kami saat ini merasakan penyesalan, maka anak muda biarkanlah cuma kami yang menjadi korban,” ucap sosok manusia tersiksa itu.
Sukarman bergidik. Dia sadar alam yang dimasuki itu. Maka, sebelumnya oleh juru kunci memandikannya dengan kembang agar hatinya mantap, secepat itu hatinya meronta dan mengundurkan maksudnya dalam posisi 180 derajat. “Allahhu…akbar !,” pekiknya.
Begitu membalikkan badannya, ternyata semua yang terlihat secara ajaib hilang semua, yang ada hanya mulut goa yang berbatu-batu. Sukarman terus berlari keluar tak menghiraukan juru kunci yang mengantarnya. Begitu sampai di luar goa segera dia bersujud ke tanah menghadap kearah kiblat mengucap istigfar berulang-ulang dengan deraian air mata .”Ya Allah, ya Tuhanku. Ampunilah hambaMu ini, yang hampir saja tergiur bujukan iblis,” rintihnya dalam tangis. (cerita kiriman Hendry,  semarang)